MATA KULIAH
ASUHAN
KEBIDANAN TERKINI
TUGAS KELOMPOK 2
NAMA : IMA AUFYA
HIDAYAH 163112540120061
ISTIANA EKA
PUTRI 163112540120020
NOVA NOVIANTY
163112540120059
IRNA ALVIANTI 163112540120112
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016/2017
HIPOTERMI
DAN HIPERTERMI PADA BAYI BARU LAHIR
A.
HIPOTERMIA
a. Prinsip
Dasar
Suhu normal bayi
baru lahir berkisar 36,5 oC – 37,5 oC ( suhu ketiak ).
Gejala awal hipotermia apabila suhu ˂ 36,5 oC atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang ( suhu 32 oC – 36 oC. Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh ˂ 32 oC. Untuk mengukur suhu
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah ( low reading thermometer ) yang dapat mengukur sampai 25 oC.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan
kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.
b. Mekanisme
Kehilangan panas pada Bayi Baru Lahir
·
Radiasi :
|
Dari objek ke
panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa
alas
|
·
Evaporasi :
|
Karena penguapan
cairan yang melekat pada kulit
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi
baru lahir, tidak cepat dikeringkan
|
·
Konduksi :
|
Panas tubuh
diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak
cepat diganti
|
·
Konveksi :
|
Penguapan dari
tubuh ke udara
Contoh : angin disekitar tubuh bayi
baru lahir
|
c. Penilaian
Hipotermia pada Bayi Baru Lahir
Γ
Gejala
hipotermia bayi baru lahir
·
Bayi
tidak mau minum/menetek
·
Bayi
tampak lesu atau mengantuk saja
·
Tubuh
bayi teraba dingin
·
Dalam
keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema)
Γ
Tanda
– tanda hipotermia sedang ( stress dingin )
·
Aktifitas
berkurang, letargis
·
Tangisan
lemah
·
Kulit
berwarna tidak rata
·
Kemampuan
menghisap lemah
·
Kaki
teraba dingin
Γ
Tanda
– tanda hipotermia berat ( cedera dingin )
·
Sama
dengan hipotermia sedang
·
Bibir
dan kuku kebiruan
·
Pernafasan
lambat
·
Pernafasan
tidak teratur
·
Bunyi
jantung lambat
·
Selanjutnya
mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
Γ
Tanda
– tanda stadium lanjut hipotermia
·
Muka,
ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
·
Bagian
tubuh lainnya pucat
·
Kulit
mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema)
d. Penanganan
hipotermia bayi baru lahir
·
Bayi
yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
·
Cara
lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup didada
ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada didalam satu pakaian (merupakan
teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metode Kanguru. Sebaliknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
·
Bila
tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika
terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah
berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
·
Biasanya
bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus
glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
B.
HIPERTERMIA
a. Prinsip
Dasar
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi
bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan didekat api atau dalam ruangan
yang berudara panas.
b. Penilaian
hipertermia bayi baru lahir
Gejala
hipertermia bayi baru lahir
·
Suhu
tubuh bayi ˃ 37,5 oC
·
Frekuensi
pernafasan bayi ˃ 60 x/menit
·
Tanda-tanda
dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih
berkurang
c. Penanganan
hipertermia bayi baru lahir
·
Bayi
dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26 oC -
28 oC
·
Tubuh
bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan
air es)
·
Berikanlah
cairan dekstrose : NaCl = 1 : 4 secara intravena sampai dehidrasi teratasi
·
Antibiotika
diberikan apabila ada infeksi
C. PRINSIP DASAR MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH BAYI
BARU LAHIR DAN MENCEGAH HIPOTERMIA
a. Mengeringkan
bayi baru lahir segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban.
Aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan
dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan
dingin (cold stress) yang merupakan
gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan
gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu/keluarga bayi atau
penolong persalinan.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, setiap
bayi baru lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih
(sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh
bayi harus dilakukan dengan cepat mulai kepala kemudian seluruh tubuh. Handuk
yang basah harus diganti dengan handuk yang lain yang kering dan hangat.
Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi/tutup
kepala, kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup di
atas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan ibu.
Penialaian derajat vitalitas bayi segera lahir
hendaknya dilakukan di bawah lampu agar terang dan sinar lampu dapat memanasi
tubuh bayi.
b. Menunda
memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin,
ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
·
Pada
bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat ˃ 2500 gram, langsung
menangis kuat, maka memandikan bayi di tunda selama ± 24 jam setelah kelahiran.
Pada saat memandikan bayi, gunakanlah air hangat.
·
Pada
bayi lahir dengan resiko ( tidak termasuk kriteria di atas ), keadaan umum bayi
lemah atau bayi dengan berat lahir ˂ 2000 gram, sebaiknya bayi jangan
dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu
tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
Referensi : Prawirohardjo, Sarwono.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta
KEJANG NEONATAL
A. Definisi
Kejang pada bayi baru
lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir
(Buku Kesehatan Anak).
Menurut Brown (1974)
kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan
secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik
karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Dasar).
Kejang bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan
adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan
gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui
harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru
lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan
memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang
tersebut dengan obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada
bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba
menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan
kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau
mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh
karena itu Manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi, sering kali
kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang belum berpengalaman.
Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila
berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi
kejang.
B.
Etiologi
1. Metabolik
a. Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada
neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir
rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan
apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan
lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus,
asfiksia.
b. Hipokalsemia
Keadaan kadar kalsium
pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang
dari 4 MEq/L
Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus
berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik.
c. Hipomagnesemia
Kadar magnesium dalam
darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan
hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau
hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d. Hiponatremia dan
hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang
dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam
darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena
trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
e. Defisiensi pirodiksin
dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6.
gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti
kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg
pirodiksin
f. Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas
dan transfer O2 dari ibu ke janin.
2. Perdarahan intracranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia,
defisiensi vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub
dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai
hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi
lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian
obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti :
tetanus dan meningitis
4. Genetik/kelainan bawaan
5. Penyebab lain
a. Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah,
infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar
yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%
b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila
tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya
c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
C.
Patogenesis
Kejang pada neonatus
seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda dengan kejang orang
dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG menunjukkan bahwa
kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan muka, menguap,
kaku tiba-tiba dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru lahir tidak
spesifikasi dan lebih banyak digunakan istilah “fit” atau “seizure”.
Manifestasi yang
berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi dari korteks serebri yang
belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman, 1975). Demikian pula
pembentukan dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat pada
neonatus terutama berfungsi pada medulla spinalis dan batang orak. Kelainan
lokal pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan berikutnya sehingga kejang
umum jarang terjadi.
Batang otak berhubungan dengan
gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata, pernafasan dan
sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum adalah
gejala medula spinalis.
D.
KlasifikasiKejang
Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir
sebagai berikut :
1. Bentuk kejang yang
hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak di insafi sebagai kejang.
Terbanyak di dapat pada neonatus berupa :
a.
Deviasi horizontal bola mata
b.
Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c.
Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah,
mengecap, dan menguap
d.
Opnu berulang
e.
Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal
(miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke yang
lain secara tidak teratur, kadang-kadang kejang yang satu dengan yang lain
dapat menyerupai kejang umum.
3. Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi kedua lengan
menyerupai dekortikasi
4. Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi
seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus
5. Kejang umum
Kejang seluruh badan,
sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang dimulai dari salah satu
kaki, tangan atau muka (gerakan mata yang berputar-putar, menguap, mata
berkedip-kedip, nistagmus, tangis dengan nada tinggi).
E. Manifestasi
1. Manifestasi kejang
pada BBL
· Tremor/gemetar
· Hiperaktif
· Kejang-kejang
· Tiba-tiba
menangis melengking
· Tonus
otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
· Pergerakan
tidak terkendali
· Nistagmus
atau mata mengedip ngedip paroksismal
a.
Kejang tersamar
· Hampir
tidak terlihat
· Menggambarkan
perubahan tingkah laku
b. Bentuk
kejang :
· Otot muka,
mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai
· Gerakan
terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap, mengunyah,
menelan, menguap
· Gerakan bola mata ; deviasi bola
mata secara horisontal, kelopak mata berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola
mata
· Gerakan pada ekstremitas : pergerakan
seperti berenang, mangayuh pada anggota gerak atas dan bawah
· Pernafasan
apnea, BBLR hiperpnea
· Untuk
memastikan : pemeriksaan EEG
c. Kejang merupakan
pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
1) Kejang
klonik
· Berlangsung
selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran
· Dapat
disebabkan trauma fokal
· BBL dengan
kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala untuk mengetahui
adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
· Kejang
klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan dengan
BB>2500 gram
· Bentuk
kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri
diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
2) Kejang
tonik
· Terdapat
pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi dengan komplikasi
perinatal berat
· Bentuk
kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi tungkai
dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
3) Kejang
mioklonik
· Gerakan
ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro
d. Gemetar
· Sering
membingungkan
· Kadang
terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperiritabilitas neuromuscular)
· Gerakan
tremor cepat
· Tidak
disertai gerakan cara melihatabnormal atau gerakan bola mata
· Dapat
timbul dengan merangsang bayi, sedangkan kejang tidak timbul dengan
perangsangan
· Gerakan
dominan adalah gerakan tremor
· Pergerakan
ritmik anggota gerak pada gemetar dihentikan dengan melakukan fleksi anggota
gerak
e. Apnea
· Pada BBLR
pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik, sering
diikuti dengan hiperapnea 10-15 detik
· Berhentinya
pernafasan tidak disertai perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan,
warna kulit
· Bentuk
pernafasan disebut pernafasan periodik disebabkan belum sempurnanya pusat
pernafasan di batang otak
· Serangan
apnea tiba-tiba disertai kesadaran menurun pada BBLR dicurigai adanya
perdarahan intracranial
· Perlu
pemeriksaan USG
F.
Diagnosis
1.
Anamnesa
a. Anemnesa lengkap
mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di minum oleh
ibu saat hamil
c. Obat yang diberikan dan
yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada anak dan
keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e. Riwayat persalinan: bayi
lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neontorum
f. Riwayat immunisasi
tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g. Riwayat perawatan tali
pusat dengan obat tradisional
h. Riwayat kejang,
penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah, ekstremitas
i.
Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas,
otot mulut dan perut
j.
Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau
tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi malas minum
sesudah dapat minum normal
l.
Adanya faktor resiko infeksi
m. Riwayat ibu mendapatkan
obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat perubahan warna
kulit (kuning)
o. Saat timbulnya dan lama
terjadinya kejang
2.
Pemeriksaan fisik
a. Kejang
1) Gerakan normal pada
wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
2) Ekstensi atau fleksi
tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mataberkedip berputar,
juling
3) Tangisan melengking
dengan nada tinggi, sukar berhenti
4) Perubahan status
kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu tidak normal
b. Spasme
1) Bayi tetap sadar,
menangis kesakitan
2) Trismus, kekakuan otot
mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali dipicu oleh
kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
3) Infeksi tali pusat
3.
Pemeriksaan laboratorium
Gula darah, kalsium, fospor, magnesium, natrium, bilirubin, fungsi
lumbal, darah tepi, dan kalau mungkin biakan darah dan cairan serebrospinal
foto kepala dan EEG, pemeriksaan sedapat mungkin terarah.
G. Prognosis
Tergantung dari cepat
lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin tinggi angka
kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat
lambatnya mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan.
H.
Penanganan
1. Prinsip dasar tindakan
mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
a. Mengatasi kejang dengan
memberikan obat anti kejang-kejang (Misal : diazepam, fenobarbital,
fenotin/dilantin)
b. Menjaga jalan nafas
tetap bebas dengan resusitasi
c. Mencari faktor penyebab
kejang
d. Mengobati penyebab
kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
2. Obat anti kejang (Buku
Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
a. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan
perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang
beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan
b. Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV
disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit.
Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada
hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral
dalam 2 dosis.
3. Penanganan kejang pada
bayi baru lahir (Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal, 2002)
a. Bayi diletakkan dalam
tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu dipertahankan
36,5oC - 37oC
b. Jalan nafas bayi
dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut, hidung sampai nasofaring
c. Bila bayi apnea
dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan
sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit
d. Dilakukan pemasangan
infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki, atau kepala. Bila
bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakitv diabetesmiletus dilakukan
pemasangan infus melalui vena umbilikostis
e. Bila infus sudah
terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria IM setiap 2
menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal (fenobarbital 30 mg
IM/IV)
f. Nilai kondisi bayi
selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g. Bila kejang sudah
teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari
h. Dilakukan
anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang
1) Apakah kemungkinan bayi
dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
2) Apakah kemungkinan bayi
prematur
3) Apakah kemungkinan bayi
mengalami asfiksia
4) Apakah kemungkinan ibu
bayi mengidap/menggunakan narkotika
Bila sudah teratasi di
ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab
kejang, misalnya :
1) Darah tepi
2) Elektrolit
darah
3) Gula
darah
4) Kimia
darah (kalsium, magnesium)
i. Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan
pemeriksaan fungsi lumbal.
j. Obat diberikan sesuai
dengan hasil penelitian ulang
k. Apabila kejang masih
berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.