MAKALAH
KESULITAN DALAM BELAJAR
Disusun oleh :
1. Ima Aufya Hidayah
2. Putri Fini Novianti
3. Annisa Maulina
4. Shinta Karlina
5. Ajeng Rahmadiati
6. Dwi Oktapiana
7. Dea Aulia
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
D-IV KEBIDANAN
2016/2017
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Kajian teori ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar ..................................................................... 3
2.2 Faktor-faktor kesulitan belajar ................................................. 4
a. Faktor Intern Siswa ............................................................... 4
b. Faktor Ekstern Siswa ............................................................. 5
2.3 Diagnosis Kesulitan Belajar ...................................................... 7
2.4 Jenis Kesulitan Belajar ............................................................... 8
2.5 Karakteristik Kesulitan Belajar .................................................. 9
2.6 Ciri-ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya .................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera , , ,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan berkatnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan judul “KESULITAN DALAM BELAJAR “ yang diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapatkan bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak teruma kasih kepada semua pihak yang
sudah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami memohon maaf apabila makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Harapan kami, makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta , Oktober 2016
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBelajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan
rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu
merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam
rangka
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian kesulitan belajar?
b. Apa sajakah faktor-faktor kesulitan belajar?
c. Bagaimanakah diagnosis kesulitan belajar?
d. Apa sajakah jenis-jenis kesulitan belajar?
e. Bagaimana karakteristik kesulitan belajar?
f. Bagaimana ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya?
2
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui:
a. Pengertian kesulitan belajar
b. Faktor-faktor kesulitan belajar
c. Diagnosis kesulitan belajar
d. Jenis-jenis kesulitan belajar
e. Karakteristik kesulitan belajar
f. Ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya
1.4 Kajian Teori
Gangguan yang menyebabkan masalah dalam berbicara, mendengarkan, membaca,
menulis atau kemampuan matematika, juga gangguan perkembangan spesifik. Kesulitan belajar
adalah gangguan dalam kemampuan belajar termasukdalam hal berbicara, membaca, menulis,
atau kemampuan matematika. Anak yang mengalami kesulitan belajar terlihat dari kemampuan
akademiknya satu atau dua tahun dibawah dari anak usianya dengan intelegensi normal. Sering
kali kesulitan belajar ini tampak bersamaan dengan kesuliotan lain seperti ADHD (Attention
Deficit Hyperactyvity Disorder) yang disebabkan ketidakteraturan fungsi daribagian tertentu
pada otak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak
jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik,
latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya
ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan
lebih atau yang berkemampuan kurang itu terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang
berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan
yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata
atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang
berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta
pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam
Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar
adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan
belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah
emosional
Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak
hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang
berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang
berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
4
2.2 Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar,
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri.
2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.
A. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)
a. Fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya
akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami
pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena
dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat
kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain
sebagainya.
b. Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah
5
kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah
intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius
(lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anakanak
yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan
dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu,
maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya.
Selain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
B. Faktor ektern siswa
Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum
area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:
a. Social. Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan
anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian.
Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang
bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan
belajar anak
b. Non-social Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap
masalah kesulitan belajar, ditemukan sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya
6
1. Keturunan
Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan ratarata
anggota tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengija, setelah diteliti
secara lebih mendalam, ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.
2. Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan
pada syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti
menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami kelambanan atau
kesulitan belajar dengan anak yan ab-normal. Hanya saja anak yang lamban atau kesulitan
belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu
menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan ini.
3. Pemikiran
Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam menerima
penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak dapat
mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa mereka
perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.
4. Gizi
Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan binatang,
ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan belajar dengan kekurangan gizi. Artinya,
kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.
5. Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat
nengganggu perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Meskipun faktor ini dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satusatunya
faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut dapat
mengganggu ingatan dan daya konsentrasi anak.
6. Biokimia
7
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih menjadi
kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager,
1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi hiperaktivitas.
Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan
hal yang sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa
dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar.
Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor yang yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai
faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).
Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.
2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya
memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas ratarata.
Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak
(Lask, 1985: Rebert, 1988).
2.3 Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat
dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenal gejala dengan cermat)
terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda
siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit”
yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah
tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami
siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
8
2.4 Jenis Kesulitan Belajar
Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut: Dilihat dari jenis kesulitan belajar: ada yang berat ada yang sedang. Dilihat dari bidang
studi yang dipelajari: ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, dan ada yang keseluruhan
bidang studi. Dilihat dari sifat kesulitannya: ada yang sifatnya permanen / menetap, dan ada yang
sifatnya hanya sementara. Dilihat dari segi factor penyebabnya: ada yang Karena factor
intelligensi, dan ada yang karena factor bukan intelligensi.Dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa
yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan,
namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai
kesulitan.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Kesulitan
belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola
volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
9
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki
taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
2.5 Karakteristik Kesulitan Belajar
Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada
anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar,
bukan kesulitan belajar khusus.
1) Sejarah kegagalan akademik berulang kali Pola kegagalan dalam mencapai prestasi
belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal
sehingga melemahkan usaha.
2) Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran
yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan
kesulitan fisik awal.
3) Kelainan motivasional Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman
sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung
merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya
merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.
4) Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang Kegagalan yang
berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang akademik
dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap
kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan
kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri.
Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
10
5) Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor hasil
belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang
perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan
karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan
dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari
rendahnya prestasi itu sendiri
6) Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap Kesulitan belajar dapat timbul
karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak
lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan
keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai
dengan anak yang keterbelakangan mental.
7) Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai Terdapat anak-anak yang
tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak mendukung proses
belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri,
tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadangkadang
pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan
belajar .
2.6 Ciri-Ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya
1. Gangguan Persepsi Visual
Σ Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga
seringkali terbalik dalam menuliskannya kembali.
Σ Sering tertinggal huruf dalam menulis. Menuliskan kata dengan urutan yang salah
misalnya: ibu ditulis ubi.
Σ Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.
Σ Bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang.
Σ Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki dan
lain-lain).
2. Gangguan Persepsi Auditori
a. Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa yang didengarnya.
11
b. Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.
c. Bingung/kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru (sulit menyaring)
sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara mencoba memahami apa yang
sedang didengar, sudah datang suara (masalah) lain.
3. Gangguan Belajar Bahasa
- Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya.
- Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan.
4. Gangguan Perseptual-Motorik
• Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dsb.)
• Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan canggung
dan kaku dalam gerakannya.
5. Hiperaktivitas
- Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu bergerak (tak bisa diam)
- Berpindah-pindah dan satu tugas ke tugas lain tanpa menyelesaikannya
6. Kacau (distractability)
Σ Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting
Σ Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan- urutan dalam proses pemikiran
Σ Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanKesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh
para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan
kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran. Pembelajaran
merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi,
penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan
ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas.
Karena Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat
digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses
pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara mengajarkan suatu
konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama dengan teman sejawat.
Dalam Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan
tersebut.
Dalam analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar,
mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan
kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang
dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. pada tingkat pendidikan dasar berbagai kemampuan
tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung. Masalah yang
mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang lain.
Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang tua, ataupun
seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai yang rendah merupakan
anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita ketahui
bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia
tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan
anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus
13
dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak,
sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan
tersebut.
Anak-anak berkemampuan tinggi, tetapi mengalami hambatan dalam belajar meskipun
jumlah mereka tidak banyak, namun perlu dicermati. Karena sesungguhnya mereka adalah aset
yang berharga. Kendala yang nampak untuk membantu mereka adalah kesulitan dalam
mengidentifikasi mereka.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sholihin, Muchlis. M. Ag. Buku Ajar Psikologi Belajar PAI. STAIN Pamekasan Press. 2006.2. Asrori, Mohammad, M. Pd. Psikologi Pembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima. Cet. II,
2008.
3. Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak.
Prestasi Putra. Jakarta:. 2002.
4. Syah, Muhibbin. M. Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja
Rosdakarya.Bandung. 2005.
5. Purwanto, Ngalim, MP. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar