Kamis, 11 Mei 2017

MATA KULIAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN ( METODE DAN MEDIA DI DALAM KURIKULUM KEBIDANAN )

MATA KULIAH
TEHNOLOGI PENDIDIKAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
(Metode Dan Media Didalam Kurikulum Kebidanan)
LOGO UNAS.jpg
TUGAS INDIVIDU 1
 (19 SEPTEMBER-24 SEPTEMBER 2016)
                                                NAMA           : IMA AUFYA HIDAYAH
                                                KELAS          : B
                                                NPM               : 163112540120061
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatupelaksanaan pembelajaran.
metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
t Pendirian program studi Bidan Pendidik (D-IV) didasarkan atas tuntutan masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan secara profesional dan merujuk pada kebijaksanaan pengembangan Tenaga Kesehatan Di Indonesia. Dengan meningkatnya program pendidikan kebidanan, program diploma diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan pengalaman belajar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan rasa kompetetif belajar, membina sikap serta keterampilan profesional peserta didik.
Undang-undang guru dan dosen No. 14 Tahun 2005 menetapkan kualifikasi dosen khususnya untuk program D-III harus S2 di bidangnya. Dilain pihak Surat Kepmendiknas No, 234/U/2000 tentang pendirian perguruan tinggi, memberikan arah bahwa dosen tetap pada perguruan tinggi, memberikan arah bahwa dosen tetap pada perguruan tinggi yang baru didirikan untuk setiap program studi sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan latar belakang pendidikan yang sama/sesuai dengan program studi yang diselenggarakan dan dengan kualifikasi yang memenuhi syarat.
Kondisi saat ini pendidikan bidan di Indonesia baru sampai jenjang D-III, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dosen D-III belum dapat memenuhi kebutuhan kriteria seperti yang dipersyaratkan dalam undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Mengingat keadaan tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga dosen di pendidikan D-III Kebidanan , Pusdiknakes Depkes RI dan organisasi profesi (IBI) menyelenggarakan program pendidikan bagi tenaga bidan pendidik. WHO,  1992  menyimpulkan,  bila  bidan  dipersiapkan/dididik  dengan  baik,  maka morbiditas  dan  mortalitas  ibu  dan  bayi  dapat  diturunkan  sampai  2/3  dari  sebelumnya ”Midwives Guardian of The Future”.  ICM,  Brisbane  Australia,  2005,  Dengan  peningkatan  kualitas  pendidikan  bidan diharapkan dapat mencapai “Healthy Woman, Healthy Baby, Healthy Nation ” sehingga ICM menetapkan thema Hari bidan Internasional  (International Day of The Midwife)  pada tahun 2008 adalah ”Healthy Families : The key to the future”.

Program Studi (Prodi) S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) melaksanakan “Rapat Kerja Pengembangan Kurikulum Pendidikan S1 Kebidanan” yang diikuti oleh Ketua Program Studi (KPS), Sekretaris Program Studi (SPS), dan dosen penanggung jawab mata kuliah (PJMK). Kegiatan yang dilaksanakan pada hari  Sabtu sampai dengan Minggu (10 – 11/3) ini dipusatkan di ruang sidang senat lantai 6 GPP, FKUB.
Dalam sambutannya Pembantu Dekan I Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes. mengatakan, “Rapat kerja ini sangat penting sebagai upaya untuk menyempurnakan kurikulum S1 Kebidanan FKUB. Karena UB menjadi salah satu penyelenggara pendidikan program studi S1 Kebidanan dengan sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bersama dengan Universitas Andalas (Unan), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Padjajaran (Unpad). Oleh karena itu, sebagai salah satu dari beberapa Universitas penyelenggara S1 Kebidanan KBK maka UB berupaya keras untuk memperbaiki kurikulum Prodi S1 Kebidanan ini sesuai dengan mandat , “imbuhnya”.
Selain itu dr. Nooryanto, SpOG. selaku Ketua Program Studi (KPS) S1 Kebidanan menjelaskan, rapat kerja ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali serta upaya untuk menyempurnakan kurikulum yang telah di laksanakan untuk bisa dilanjutkan pada program selanjutnya. Hal ini disesuaikan dengan surat keputusan atau mandat dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk mengangkat prodi Bidan yang dulunya sebagai pendidikan vokasi bukan akademisi, sehingga dengan dimulainya sistem KBK maka Dikti mengangkat  profesi Bidan untuk menjadi program studi  S1 Kebidanan. Selanjutnya, UB merupakan program percontohan untuk sistem penerapan KBK bagi program studi Kebidanan di Indonesia. Sistem KBK murni adalah KBK yang ada di  S1 kebidanan di Indonesia adalah KBK di UB sehingga banyak intitusi ingin bertukar informasi (share) dengan FKUB. Dalam aplikasinya, minimal konten atau isi dari kurikulum inimendekati sempurna sehingga tidak sampai gagal mendapatkan hasil konten tersebut. Disamping itu, diharapkan program studi S1 Kebidanan kedepan bisa lebih baik lagi sehingga bisa menjadi contoh dan sesuai dengan apa yang disampaikan bahwa Prodi S1 Kebidanan FKUB sebagai program unggulan dapat  diandalkan untuk mendapatkan akreditasi yang Baik Minimal  B , “ Terangnya ”. Dalam kegiatan ini hadir sebagai pemateri dr. Andi Ansharullah dan dr. Rita Rosita Sekretaris Program Studi (SPS) yang memberikan materi pengembangan kebidanan .



BAB II
TINJUAN TEORI

A.      Metode Pembelajaran
1.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19)  Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut  WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
‘Mengajar  adalah  suatu  usaha  yang  sangat  kompleks,  sehingga  sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu  alat  untuk  mencapai  tujuan.  Sedangkan  pembelajaran  adalah  suatu kegiatan  yang  dilakukan  oleh  guru  sedemikian  rupa  sehingga  tingkah  laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997:  52) metode  pembelajaran  adalah  suatu  pengetahuan  tentang  cara-cara mengajar  yang  dipergunakan  oleh  guru  atau  instruktur.  Pengertian  lain mengatakan  bahwa  metode  pembelajaran  merupakan  teknik  penyajian  yang dikuasai  oleh  guru  untuk  mengajar  atau  menyajikan  bahan  pelajaran  kepada siswa  di  dalam  kelas,  baik  secara  individual  ataupun  secara  kelompok  agar pelajaran  itu  dapat  diserap,  dipahami  dan  dimanfaatkan  oleh  siswa  dengan baik.
Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) dalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan  bahwa  metode  pembelajaran  adalah  strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran  yang  telah  ditetapkan. Hal  ini  mendorong  seorang  guru  untuk mencari metode  yang tepat dalam penyampaian  materinya agar dapat diserap dengan  baik  oleh  siswa.  Mengajar  secara  efektif  sangat  bergantung  pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. 

1.2 Macam-macam Metode Pembelajaran 

Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana(dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill), Metode karyawisata (Field-trip), Metode survai masyarakat, dan Metode simulasi. Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan beberapa jenis metode pembelajaran sebagai berikut:
1.         Metode ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Menurut Ibrahim, (2003: 106) metode  ceramah  adalah  suatu  cara  mengajar  yang  digunakan  untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.
a.  Kelebihan metode ceramah
1)  Guru lebih menguasai kelas.
2)  Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3)  Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4)  Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5)  Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
      b.  Kelemahan metode ceramah
1)  Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2)  Yang  visual  menjadi  rugi,  yang  auditif  (mendengar)  lebih  biasa menerima.
3)  Membosankan bila selalu digunakan dan terlalu lama.
4)  Sukar menyimpulkan siswa mengerti dan tertarik padaceramahnya.
2. Metode tanya jawab 
Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat ywo way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Metode  tanya  jawab  dapat juga diartikan sebagai  metode  mengajar  yang  memungkinkan terjadinya  komunikasi  langsung  yang  bersifat  dua  arah sebab  pada  saat yang  sama  terjadi  dialog  antara  guru  dan  siswa. Guru  bertanya  siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. 
a. Kelebihan metode tanya jawab 
1)  Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
2)  Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya   pikir, termasuk daya ingatan.
3)  Mengembangkan  keberanian  dan  keterampilan  siswa  dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
     b. Kelemahan metode tanya jawab
1)  Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa     untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
2)  Tidak  mudah  membuat  pertanyaan  yang  sesuai  dengan  tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
3)  Sering membuang banyak waktu.
4)  Kurangnya  waktu  untuk  memberikan  pertanyaan  kepada  seluruh siswa.
        3. Metode diskusi 
            Metode diskusi  adalah  bertukar  informasi,  berpendapat,  dan  unsur-unsur  pengalaman  secara  teratur  dengan  maksud  untuk  mendapat  pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. 
Dengan demikian, Metode  Diskusi  adalah metode pembelajaran berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukanlah debat, karena debat adalah perang mulut orang beradu argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.
a. Kelebihan metode diskusi 
1)  Merangsang  kreatifitas  anak  didik  dalam  bentuk  ide,  gagasan,    prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.
2)  Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
3)  Memperluas wawasan.
4)  Membina  untuk  terbiasa  musyawarah  dalam  memecahkan  suatu masalah.
 b. Kelemahan metode diskusi
                             1)  Membutuhkan waktu yang panjang.
2)  Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar.
3)  Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4)  Dikuasai  orang-orang  yang  suka  berbicara  atau  ingin menonjolkan diri.
4. Metode demonstrasi 
Metode  demonstrasi  dan  eksperimen  merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Metode  demonstrasi  adalah  metode  mengajar  yang  cukup  efektif sebab  membantu  para  siswa  untuk  memperoleh  jawaban  dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. 
a. Kelebihan metode demonstrasi 
1) Menghindari verbalisme. 
2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara                teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
b. Kelemahan metode demonstrasi 
1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus. 
2) Kurangnya fasilitas. 
3) Membutuhkan waktu yang lama. 


        5. Metode Eksperimen 
Metode  eksperimen  adalah  cara  penyajian  pelajaran,  di  mana  siswa melakukan  percobaan  dengan  mengalami  dan  membuktikan  sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2002: 95). 
Metode  demonstrasi  dan  eksperimen  merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
a. Kelebihan metode eksperimen 
1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan. 
2) Membina siswa membuat terobosan baru. 
3) Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk            kemakmuran umat manusia. 
b.  Kelemahan metode eksperimen
1) Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi.
2) Kesulitan dalam fasilitas.
3) Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan.
4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
        6. Metode latihan (drill) 
Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan  kegiatan  latihan  agar  memiliki  ketangkasan  atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. 
a.  Kelebihan metode latihan
1)  Untuk memperoleh kecakapan motoris.
2)  Untuk memperoleh kecakapan mental
3)  Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.
4)  Pembentukan kebiasaan serta menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
5)  Pemanfaatan kebiasaan yang tidak membutuhkan konsentrasi.
6)  Pembentukan kebiasaaan yang lebih otomatis.
b. Kelemahan metode latihan.
1)  Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
2)  Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3)  Monoton, mudah membosankan.
4)  Membentuk kebiasaan yang kaku.
5)  Dapat menimbulkan verbalisme.
        7. Metode Pemberian Tugas (Resitasi) 
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan  tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 
a. Kelebihan metode resitasi 
1)  Merangsang  siswa  dalam  melaksanakan  aktivitas  belajar  baik individual maupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan kemandirian.
3) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
4) Mengembangkan kreatifitas siswa.
b. Kelemahan metode resitasi 
1) Sulit dikontrol. 
2) Khusus tugas kelompok yang aktif siswa tertentu. 
3) Sulit memberikan tugas yang sesuai perbedaan individu. 
4) Menimbulkan kebosanan. 
        8. Metode Karyawisata 
 Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Melalui  metode  ini  siswa-siswa  diajak  mengunjungi  tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat  yang akan dikunjungi dan hal-hal yang  perlu  diamati  telah  direncanakan  terlebih  dahulu,  dan  setelah kegiatan siswa diminta membuat laporan. 
a. Kelebihan metode karyawisata 
1)  Memiliki  prinsip  pengajaran  modern  dengan  memanfaatkan lingkungan nyata. 
2) Membuat relevansi antara apa  yang dipelajari dengan kebutuhan di masyarakat. 
3) Merangsang kreatifitas siswa. 
4) Bahan pelajaran lebih luas dan aktual. 
b. Kelemahan metode karyawisata 
1) Kurangnya fasilitas. 
2) Perlu perencanaan yang matang.
3) Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu.
4) Mengabaikan unsur studi.
5) Kesulitan mengatur siswa yang banyak.
        8. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Metode sistem regu (team teaching), merupakan metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang kita butuhkan.
       9. Metode Sosiodrama 
Metode  yang  digunakan  untuk  mengajarkan  nilai-nilai  dan  memecahkan masalah- masalah  yang  dihadapi  dalam  hubungan  sosial  dengan  orang-orang  di  lingkungan  keluarga,  sekolah  maupun  masyarakat.  Dalam pelaksanaannya  siswa  diberikan  peran  tertentu  dan  melaksanakan  peran tersebut serta mendiskusikannya di kelas. (Ibrahim, 2003: 107). 
a. Kelebihan metode sosiodrama 
1)  Melatih  siswa  untuk  melatih,  memahami  dan  mengingat  isi  bahan yang akan didramakan. 
2) Melatih siswa berinisiatif dan berkreatif. 
3) Memupuk bakat. 
4) Menumbuhkan dan membina kerjasama.
5) Mendapat kebiasaan untuk membagi tanggung jawab.
6) Membina tata bahasa siswa.
b. Kelemahan metode sosiodrama
1) Kurang kreatif bagi anak yang tidak ikut dalam drama.
2) Banyak memakan waktu.
3) Memerlukan tempat yang luas.
4) Mengganggu kelas lain karena gaduh.
       9. Metode Simulasi
Metode simulasi, simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksud sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
a.Kelebihan Metode Simulasi 
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya adalah :
1.     Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2.     Simulasi dapat mengembangkan krwativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3.     Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4.     Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5.     Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
b. Kelemahan Metode Simulasi 
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
1.    Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2.    Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3.    Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
1.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan  pengajarannya  dengan  situasi  yang  dihadapi.  Metode-metode yang digunakan haruslah bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namun  metode  yang  bervariasi  ini  tidak  akan  menguntungkan  bila  tidak sesuai  dengan  situasinya.  Baik  tidaknya  suatu  metode  pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
a.  Siswa atau peserta didik 
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya
Di  ruang  kelas  guru  akan  berhadapan  dengan  sejumlah  anak  dengan  latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam.  Demikian  juga  dengan  jenis  kelamin  serta  postur  tubuh.  Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.  Sedangkan  dari  segi  intelektual  pun  sama  ada  perbedaan  yang ditunjukkan  dari  cepat  dan  lambatnya  tanggapan  anak  didik  terhadap rangsangan  yang  diberikan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar.  Aspek psikologis  juga  ada  perbedaan  yaitu  adanya  anak  didik  yang  pendiam, terbuka,  dan  lain-lain.  Perbedaan  dari  aspek  yang  disebutkan  di  atas mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan  metode  yang  mana  sebaiknya guru  ambil  untuk  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  kreatif  dalam waktu  yang  relatif  lama  demi  tercapainya  tujuan  pengajaran  yang  telah dirumuskan secara operasional. 
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.Tujuan  pembelajaran adalah  sasaran yang  dituju  dari  setiap  kegiatan  belajar  mengajar. Hal  ini  dapat  mempengaruhi  penyeleksian  metode  yang  harus  digunakan. Metode  yang  dipilih  guru  harus  sesuai  dengan  taraf  kemampuan  yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 
c. Faktor materi pembelajaran
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
d. Situasi belajar mengajar 
Situasi  belajar  mengajar  yang  diciptakan  guru  tidak  selamanya  sama. Maka  guru  harus  memilih  metode  mengajar  yang  sesuai  dengan  situasi yang diciptakan. Di waktu lain, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar secara berkelompok. Jadi situasi yang diciptakan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. 
e. Fasilitas belajar mengajar 
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas  merupakan  hal  yang  mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan metode  mengajar.  Fasilitas  adalah  kelengkapan  yang  menunjang  belajar anak  di  sekolah.  Lengkap  tidaknya  fasilitas  belajar  akan  mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 
f. Faktor alokasi waktu pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
g. Guru. 
Latar  belakang  pendidikan  guru  diakui  mempengaruhi  kompetensi. Kurangnya  penguasaan  terhadap  berbagai  jenis  metode  menjadi  kendala dalam  memilih  dan  menentukan  metode.  Apalagi  belum  memiliki pengalaman  mengajar  yang  memadai.  Tetapi  ada  juga  yang  tepatmemilihnya  namun  dalam  pelaksanaannya  menemui  kendala  disebabkan labilnya  kepribadian  dan  dangkalnya  penguasaan  atas  metode  yang digunakan. 
1.4 Kriteria  Pemilihan  Metode Pembelajaran
     Kriteria pemilihan metode pembelajaran yaitu :
1.  Sifat (karakter) guru.
2. Tingkat perkembangan intelektual dan sosial anak.
3. Fasilitas sekolah yang tersedia.
4. Tingkat Kemampuan Guru.
5. Sifat dan tujuan materi pelajaran.
6. Waktu pembelajaran.
7. Suasana kelas.
8. Konteks domain tujuan pembelajaran.
Sedangkan  menurut  Slameto  (2003: 98) kriteria  pemilihan  metode pembelajaran adalah:
a.  Tujuan  pengajaran,  yaitu  tingkah  laku  yang  diharapkan  dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar. 
b.  Materi  pengajaran,  yaitu  bahan  yang  disajikan  dalam  pengajaran yang  berupa  fakta  yang  memerlukan  metode  yang  berbeda  dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah. 
c.  Besar  kelas (jumlah  kelas),  yaitu  banyaknya  siswa  yang  mengikuti pelajaran  dalam  kelas  yang  bersangkutan.  Kelas  dengan  5-10  orang siswa  memerlukan  metode  pengajaran  yang  berbeda  dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa. 
d.  Kemampuan  siswa,  yaitu  kemampuan  siswa  menangkap  dan mengembangkan  bahan  pengajaran  yang  diajarkan.  Hal  ini  banyak tergantung  pada  tingkat  kematangan  siswa  baik  mental,  fisik  dan intelektualnya. 
e.  Kemampuan  guru,  yaitu  kemampuan  dalam  menggunakan  berbagai jenis metode pengajaran yang optimal. 
f.  Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. 
g.   Waktu  yang  tersedia,  jumlah  waktu  yang  direncanakan  atau dialokasikan   untuk  menyajikan  bahan  pengajaran  yang  sudah ditentukan.  Untuk  materi  yang  banyak  akan  disajikan  dalam  waktu yang  singkat  memerlukan  metode  yang  berbeda  dengan  bahan penyajian  yang  relatif  sedikit  tetapi  waktu  penyajian  yang  relatif cukup banyak. 


B.       Media Pembelajaran
a.      Pengertian Media Pembelajaran
       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapatmengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994 : 6)

•    Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
•    Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
•    Seluk-beluk proses belajar;
•    Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
•    Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
•    Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
•    Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
•    Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
•    Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.  Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.

B.   Manfaat Media Dalam Pembelajaran 
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran.  Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.  Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.  Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1.    Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2.    Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3.    Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4.    Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5.    Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6.    Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7.    Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8.    Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

    Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain.  Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1.    Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2.    Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

3.    Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
4.    Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.  Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.[6]

C.   Jenis-Jenis Media Pembelajaran
       Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.  Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.  Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.  Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran
      Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah.  Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku).  selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata.  Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. 




C.     Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :
No
Golongan Media
Contoh dalam Pembelajaran
I
Audio
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
II
Cetak
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
III
Audio-cetak
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
IV
Proyeksi visual diam
Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)
V
Proyeksi Audio visual diam
Film bingkai (slide) bersuara
VI
Visual gerak
Film bisu
VII
Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi
VIII
Obyek fisik
Benda nyata, model, specimen
IX
Manusia dan lingkungan
Guru, Pustakawan, Laboran
X
Komputer
CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).[7]

D.       Fungsi media pembelajaran yaitu:
1.      Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif
2.      Penggunaan media merupakan bagian internal dalam system pembelajaran.
3.      Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh Guru dalam kelas.
5.      Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pendidikan.















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam  Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19)  Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut  WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.





B.     SARAN

1.                   Bagi Institusi
Tingkatkan evaluasi di system pendidikan dan kurikulumnya dalam melakukan pendidikan kesehatan, agar menjadi bidan yang professional dan kompeten.
2.                   Bagi Mahasiswa
Tingkatkan kreatifitas dan keterampilan dengan membekali diri dengan ilmu agar siap dilapangan.
3.                   Bagi Negara
Sistem pendidikan di Indonesia khususnya kebidanan untuk lebih tegas dan jelas dalam jenjang tiap tingkatan pendidikan (linier dan non linier).Berdasarkan KEPMENKES RI NO 369/MENKES/SK/III/2007 bahwa  pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma, pendidikan sarjana, pendidikan profesi dan pendidikan pasca sarjana.
Mengingat hal tersebut diatas, seharusnya pendidikan berkelanjutan untuk bidan sudah jelas dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum pada sistem pendidikan nasional. Minat lulusan Diploma Kebidanan dalam melanjutkan pendidikannya merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi persaingan kerja.





DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad,  Media Pengajaran, (Jakarta :  Raja Grafindo Persada, 2000) h. 2
Ibid, h.3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran.  (Jakarta :  Raja Grafindo Persada, 2007). h. 4
 Ibid. h.15
Media Pembelajaran,  (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran.  (Jakarta :  Raja Grafindo Persada, 2007), h.27
Ahmad, Abdul Karim H. 2007. Media Pembelajara. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B & Nina Lamatengngo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar