MATA KULIAH
TEHNOLOGI PENDIDIKAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
(Metode
Dan Media Didalam Kurikulum Kebidanan)

TUGAS INDIVIDU 1
(19
SEPTEMBER-24 SEPTEMBER 2016)
NAMA :
IMA AUFYA HIDAYAH
KELAS
: B
NPM : 163112540120061
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatupelaksanaan pembelajaran.
metode pembelajaran di sini
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi;
(4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
t Pendirian program studi Bidan Pendidik (D-IV) didasarkan
atas tuntutan masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan secara
profesional dan merujuk pada kebijaksanaan pengembangan Tenaga Kesehatan Di
Indonesia. Dengan meningkatnya program pendidikan kebidanan, program diploma
diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan pengalaman belajar peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan rasa kompetetif belajar, membina sikap serta
keterampilan profesional peserta didik.
Undang-undang guru dan dosen No. 14
Tahun 2005 menetapkan kualifikasi dosen khususnya untuk program D-III harus S2
di bidangnya. Dilain pihak Surat Kepmendiknas No, 234/U/2000 tentang pendirian
perguruan tinggi, memberikan arah bahwa dosen tetap pada perguruan tinggi,
memberikan arah bahwa dosen tetap pada perguruan tinggi yang baru didirikan
untuk setiap program studi sekurang-kurangnya 6 (enam) orang dengan latar
belakang pendidikan yang sama/sesuai dengan program studi yang diselenggarakan
dan dengan kualifikasi yang memenuhi syarat.
Kondisi saat ini pendidikan bidan di
Indonesia baru sampai jenjang D-III, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dosen
D-III belum dapat memenuhi kebutuhan kriteria seperti yang dipersyaratkan dalam
undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Mengingat keadaan
tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga dosen di pendidikan D-III
Kebidanan , Pusdiknakes Depkes RI dan organisasi profesi (IBI) menyelenggarakan
program pendidikan bagi tenaga bidan pendidik. WHO, 1992
menyimpulkan, bila bidan dipersiapkan/dididik dengan
baik, maka morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi dapat diturunkan sampai 2/3
dari sebelumnya ”Midwives Guardian of The Future”. ICM,
Brisbane Australia, 2005, Dengan peningkatan kualitas
pendidikan bidan diharapkan dapat mencapai “Healthy Woman, Healthy Baby,
Healthy Nation ” sehingga ICM menetapkan thema Hari bidan Internasional
(International Day of The Midwife) pada tahun 2008 adalah ”Healthy
Families : The key to the future”.
Program Studi (Prodi) S1 Kebidanan,
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) melaksanakan “Rapat Kerja
Pengembangan Kurikulum Pendidikan S1 Kebidanan” yang diikuti oleh Ketua Program
Studi (KPS), Sekretaris Program Studi (SPS), dan dosen penanggung jawab mata
kuliah (PJMK). Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu sampai dengan
Minggu (10 – 11/3) ini dipusatkan di ruang sidang senat lantai 6 GPP, FKUB.
Dalam sambutannya Pembantu Dekan I
Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes. mengatakan, “Rapat kerja ini sangat penting
sebagai upaya untuk menyempurnakan kurikulum S1 Kebidanan FKUB. Karena UB
menjadi salah satu penyelenggara pendidikan program studi S1 Kebidanan dengan
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bersama dengan
Universitas Andalas (Unan), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas
Padjajaran (Unpad). Oleh karena itu, sebagai salah satu dari beberapa
Universitas penyelenggara S1 Kebidanan KBK maka UB berupaya keras untuk
memperbaiki kurikulum Prodi S1 Kebidanan ini sesuai dengan mandat , “imbuhnya”.
Selain itu dr. Nooryanto, SpOG.
selaku Ketua Program Studi (KPS) S1 Kebidanan menjelaskan, rapat kerja ini
bertujuan untuk mengevaluasi kembali serta upaya untuk menyempurnakan kurikulum
yang telah di laksanakan untuk bisa dilanjutkan pada program selanjutnya. Hal
ini disesuaikan dengan surat keputusan atau mandat dari Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk mengangkat prodi Bidan yang dulunya sebagai
pendidikan vokasi bukan akademisi, sehingga dengan dimulainya sistem KBK maka
Dikti mengangkat profesi Bidan untuk menjadi program studi S1 Kebidanan.
Selanjutnya, UB merupakan program percontohan untuk sistem penerapan KBK bagi
program studi Kebidanan di Indonesia. Sistem KBK murni adalah KBK yang ada
di S1 kebidanan di Indonesia adalah KBK di UB sehingga banyak intitusi
ingin bertukar informasi (share) dengan FKUB. Dalam aplikasinya, minimal konten
atau isi dari kurikulum inimendekati sempurna sehingga tidak sampai gagal
mendapatkan hasil konten tersebut. Disamping itu, diharapkan program studi S1
Kebidanan kedepan bisa lebih baik lagi sehingga bisa menjadi contoh dan sesuai
dengan apa yang disampaikan bahwa Prodi S1 Kebidanan FKUB sebagai program
unggulan dapat diandalkan untuk mendapatkan akreditasi yang Baik
Minimal B , “ Terangnya ”. Dalam kegiatan ini hadir sebagai pemateri dr.
Andi Ansharullah dan dr. Rita Rosita Sekretaris Program Studi (SPS) yang
memberikan materi pengembangan kebidanan .
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Metode
Pembelajaran
1.1 Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti
melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan
definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan
jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
‘Mengajar adalah suatu usaha yang
sangat kompleks, sehingga sulit menentukan bagaimana
sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah salah satu alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi
(1997: 52) metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian
lain mengatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik
secara individual ataupun secara kelompok agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Adapun yang dimaksud pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) dalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkingan belajar.
Jadi
pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami
proses inhern yang kompleks dari belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang
ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong
seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam
penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik
oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat
bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
1.2 Macam-macam Metode
Pembelajaran
Metode pembelajaran banyak
macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran mempunyai
kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam metode
saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini masih
banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana(dalam
buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat
bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu Metode ceramah,
Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok,
Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing),
Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode
latihan (drill), Metode karyawisata (Field-trip), Metode survai masyarakat, dan
Metode simulasi. Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan beberapa jenis metode
pembelajaran sebagai berikut:
1.
Metode
ceramah
Metode
ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan
penggunaannya. Menurut Ibrahim, (2003: 106) metode ceramah
adalah suatu cara mengajar yang digunakan
untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian
tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan Metode ini seringkali
digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa
yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil
baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab,
latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika
disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan
bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa
tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.
a. Kelebihan metode ceramah
1) Guru lebih menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b. Kelemahan metode ceramah
1)
Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2)
Yang visual menjadi rugi, yang auditif
(mendengar) lebih biasa menerima.
3)
Membosankan bila selalu digunakan dan terlalu lama.
4)
Sukar menyimpulkan siswa mengerti dan tertarik padaceramahnya.
2. Metode tanya jawab
Metode Tanya
Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat ywo way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru dengan siswa.
Metode tanya jawab dapat juga diartikan sebagai
metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat dua arah
sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa
menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
a. Kelebihan metode tanya jawab
1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
2)
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
3)
Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa
dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b. Kelemahan metode tanya jawab
1)
Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang
tidak tegang.
2)
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai
dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
3)
Sering membuang banyak waktu.
4)
Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan
kepada seluruh siswa.
3. Metode diskusi
Metode
diskusi adalah bertukar informasi, berpendapat,
dan unsur-unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau
topik yang sedang dibahas.
Dengan demikian, Metode Diskusi adalah
metode pembelajaran berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan
unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi
bukanlah debat, karena debat adalah perang mulut orang beradu argumentasi,
beradu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam
diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok
kembali dengan paham yang dibina bersama.
a. Kelebihan metode diskusi
1)
Merangsang kreatifitas anak didik dalam
bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru
dalam pemecahan masalah.
2) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
3) Memperluas wawasan.
4)
Membina untuk terbiasa musyawarah dalam
memecahkan suatu masalah.
b. Kelemahan metode diskusi
1)
Membutuhkan waktu yang panjang.
2) Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar.
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Dikuasai
orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
4. Metode
demonstrasi
Metode demonstrasi
dan eksperimen merupakan metode
mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud
ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya
sesuatu.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar
yang cukup efektif sebab membantu para
siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu
proses atau peristiwa tertentu.
a. Kelebihan metode
demonstrasi
1) Menghindari verbalisme.
2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
b. Kelemahan metode
demonstrasi
1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2) Kurangnya fasilitas.
3) Membutuhkan waktu yang lama.
5. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari (Djamarah, 2002: 95).
Metode demonstrasi
dan eksperimen merupakan metode
mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud
ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya
sesuatu.
a. Kelebihan metode eksperimen
1) Membuat
siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan.
2) Membina siswa membuat terobosan baru.
3) Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran
umat manusia.
b. Kelemahan metode eksperimen
1) Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi.
2) Kesulitan dalam fasilitas.
3) Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan.
4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
6. Metode latihan (drill)
Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk
melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajari.
a. Kelebihan metode latihan
1) Untuk memperoleh kecakapan motoris.
2) Untuk memperoleh kecakapan mental
3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.
4)
Pembentukan kebiasaan serta menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
5) Pemanfaatan kebiasaan yang tidak membutuhkan konsentrasi.
6) Pembentukan kebiasaaan yang lebih otomatis.
b. Kelemahan metode latihan.
1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Monoton, mudah membosankan.
4) Membentuk kebiasaan yang kaku.
5) Dapat menimbulkan verbalisme.
7. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar.
a. Kelebihan metode resitasi
1)
Merangsang siswa dalam melaksanakan aktivitas
belajar baik individual maupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan kemandirian.
3) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
4) Mengembangkan kreatifitas siswa.
b. Kelemahan metode resitasi
1) Sulit dikontrol.
2) Khusus tugas kelompok yang aktif siswa tertentu.
3) Sulit memberikan tugas yang sesuai perbedaan individu.
4) Menimbulkan kebosanan.
8.
Metode Karyawisata
Metode karyawisata (Field-trip),
karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata di atas
tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang
lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study
tour.
Melalui metode ini siswa-siswa diajak
mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat
yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati
telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah
kegiatan siswa diminta membuat laporan.
a. Kelebihan metode
karyawisata
1)
Memiliki prinsip pengajaran modern dengan
memanfaatkan lingkungan nyata.
2) Membuat
relevansi antara apa yang dipelajari dengan kebutuhan di
masyarakat.
3) Merangsang kreatifitas siswa.
4) Bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
b. Kelemahan metode
karyawisata
1) Kurangnya fasilitas.
2) Perlu perencanaan yang matang.
3) Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu.
4) Mengabaikan unsur studi.
5) Kesulitan
mengatur siswa yang banyak.
8. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Metode sistem regu (team teaching), merupakan metode mengajar dua orang
guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi
beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak
senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar
yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang kita butuhkan.
9. Metode Sosiodrama
Metode yang digunakan untuk mengajarkan
nilai-nilai dan memecahkan masalah- masalah yang
dihadapi dalam hubungan sosial dengan
orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut serta
mendiskusikannya di kelas. (Ibrahim, 2003: 107).
a. Kelebihan metode sosiodrama
1)
Melatih siswa untuk melatih, memahami dan
mengingat isi bahan yang akan didramakan.
2) Melatih siswa berinisiatif dan berkreatif.
3) Memupuk
bakat.
4) Menumbuhkan dan membina kerjasama.
5) Mendapat kebiasaan untuk membagi tanggung jawab.
6) Membina tata bahasa siswa.
b. Kelemahan metode sosiodrama
1) Kurang kreatif bagi anak yang tidak ikut dalam drama.
2) Banyak memakan waktu.
3) Memerlukan tempat yang luas.
4) Mengganggu kelas lain karena gaduh.
9. Metode Simulasi
Metode simulasi, simulasi berasal dari kata simulate yang artinya
pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau
perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar
dimaksud sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui
proses tingkah laku imitasi atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang
dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
a.Kelebihan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya adalah :
1.
Simulasi
dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi
dunia kerja.
2.
Simulasi
dapat mengembangkan krwativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3. Simulasi
dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4.
Memperkaya
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai
situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi
dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
b. Kelemahan Metode Simulasi
Disamping
memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
1. Pengalaman
yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan
di lapangan.
2. Pengelolaan
yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor
psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam
melakukan simulasi.
1.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Metode
Pembelajaran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan
perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran
menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek
yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang
diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Dalam proses
belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk
menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang
dihadapi. Metode-metode yang digunakan haruslah bervariasi untuk
menghindari kejenuhan pada siswa. Namun metode yang bervariasi
ini tidak akan menguntungkan bila tidak
sesuai dengan situasinya. Baik tidaknya
suatu metode pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara
lain:
a.
Siswa atau peserta didik
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan
jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang
pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk
berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang
kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan
kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya
Di ruang kelas guru akan berhadapan
dengan sejumlah anak dengan latar belakang kehidupan
yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian
juga dengan jenis kelamin serta postur
tubuh. Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan
pada setiap anak didik. Sedangkan dari segi intelektual
pun sama ada perbedaan yang ditunjukkan
dari cepat dan lambatnya tanggapan anak
didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Aspek psikologis juga
ada perbedaan yaitu adanya anak didik
yang pendiam, terbuka, dan lain-lain. Perbedaan
dari aspek yang disebutkan di atas
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
yang mana sebaiknya guru ambil untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam
waktu yang relatif lama demi tercapainya
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara
operasional.
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik
sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan
perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan
lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah
pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi
juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap
realitas kehidupan.Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang
dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.
Hal ini dapat mempengaruhi penyeleksian
metode yang harus digunakan. Metode yang
dipilih guru harus sesuai dengan taraf
kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode
harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
c. Faktor materi pembelajaran
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang
berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya
menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa
hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan
metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi
tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
d. Situasi belajar mengajar
Situasi belajar mengajar yang diciptakan
guru tidak selamanya sama. Maka guru harus
memilih metode mengajar yang sesuai dengan
situasi yang diciptakan. Di waktu lain, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan
yang ingin dicapai oleh tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar secara
berkelompok. Jadi situasi yang diciptakan mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar.
e. Fasilitas belajar mengajar
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran
dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki
fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi
suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas
pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak
menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu
menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki
semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang
menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang
belajar anak di sekolah. Lengkap tidaknya
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.
f. Faktor alokasi waktu pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan
ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu
yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis,
tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup
disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi –
elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar
dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
g. Guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode. Apalagi
belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai.
Tetapi ada juga yang tepatmemilihnya namun
dalam pelaksanaannya menemui kendala disebabkan
labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan
atas metode yang digunakan.
1.4 Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran
Kriteria
pemilihan metode pembelajaran yaitu :
1. Sifat (karakter) guru.
2. Tingkat perkembangan intelektual
dan sosial anak.
3. Fasilitas sekolah yang tersedia.
4. Tingkat
Kemampuan Guru.
5. Sifat dan tujuan materi
pelajaran.
6. Waktu pembelajaran.
7. Suasana kelas.
8. Konteks domain tujuan
pembelajaran.
Sedangkan
menurut Slameto (2003: 98) kriteria pemilihan metode
pembelajaran adalah:
a.
Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang
diharapkan dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar.
b.
Materi pengajaran, yaitu bahan yang
disajikan dalam pengajaran yang berupa fakta
yang memerlukan metode yang berbeda dari metode
yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau
kaidah.
c.
Besar kelas (jumlah kelas), yaitu banyaknya
siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas
yang bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang
siswa memerlukan metode pengajaran yang
berbeda dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa.
d.
Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa
menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang
diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada
tingkat kematangan siswa baik mental, fisik
dan intelektualnya.
e.
Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam
menggunakan berbagai jenis metode pengajaran yang optimal.
f.
Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
g.
Waktu yang tersedia, jumlah waktu yang
direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan
bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk
materi yang banyak akan disajikan dalam
waktu yang singkat memerlukan metode yang
berbeda dengan bahan penyajian yang relatif
sedikit tetapi waktu penyajian yang relatif cukup
banyak.
B. Media
Pembelajaran
a. Pengertian
Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapatmengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994 : 6)
• Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
• Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
• Seluk-beluk proses belajar;
• Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
• Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
• Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
• Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
• Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
• Usaha inovasi dalam media pendidikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.
B. Manfaat Media Dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapatmengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994 : 6)
• Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
• Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
• Seluk-beluk proses belajar;
• Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
• Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
• Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
• Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
• Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
• Usaha inovasi dalam media pendidikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.
B. Manfaat Media Dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.[6]
C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.
C.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10
golongan sbb :
No
|
Golongan Media
|
Contoh dalam Pembelajaran
|
I
|
Audio
|
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
|
II
|
Cetak
|
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
|
III
|
Audio-cetak
|
Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
|
IV
|
Proyeksi visual diam
|
Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)
|
V
|
Proyeksi Audio visual diam
|
Film bingkai (slide) bersuara
|
VI
|
Visual gerak
|
Film bisu
|
VII
|
Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD,
televisi
|
|
VIII
|
Obyek fisik
|
Benda nyata, model, specimen
|
IX
|
Manusia dan lingkungan
|
Guru, Pustakawan, Laboran
|
X
|
Komputer
|
CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI
(Pembelajaran berbasis komputer).[7]
|
D. Fungsi media pembelajaran yaitu:
1.
Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif
2.
Penggunaan media merupakan bagian internal dalam
system pembelajaran.
3.
Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
4.
Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk
mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi
yang disajikan oleh Guru dalam kelas.
5.
Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertinggi mutu pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Metode menurut
Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui,
dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para
guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh
sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat
yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan.
B. SARAN
1.
Bagi Institusi
Tingkatkan evaluasi di system pendidikan dan kurikulumnya dalam melakukan pendidikan kesehatan,
agar menjadi bidan yang
professional dan kompeten.
2.
Bagi
Mahasiswa
Tingkatkan kreatifitas dan keterampilan dengan membekali diri dengan ilmu
agar siap dilapangan.
3.
Bagi Negara
Sistem pendidikan di Indonesia khususnya kebidanan untuk lebih tegas dan
jelas dalam jenjang tiap tingkatan pendidikan (linier dan non
linier).Berdasarkan KEPMENKES RI NO 369/MENKES/SK/III/2007 bahwa
pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma, pendidikan sarjana,
pendidikan profesi dan pendidikan pasca sarjana.
Mengingat hal tersebut diatas, seharusnya pendidikan berkelanjutan untuk
bidan sudah jelas dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum pada sistem
pendidikan nasional. Minat lulusan Diploma Kebidanan dalam melanjutkan
pendidikannya merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menghadapi persaingan kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta
: Raja Grafindo Persada, 2000) h. 2
Ibid, h.3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta
: Raja Grafindo Persada, 2007). h. 4
Ibid. h.15
Media Pembelajaran, (Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta
: Raja Grafindo Persada, 2007), h.27
Ahmad, Abdul Karim H. 2007. Media Pembelajara.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B & Nina Lamatengngo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B & Nina Lamatengngo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar