Kamis, 11 Mei 2017

PENATALAKSANAAN KASUS OBSTETRI

TUGAS INDIVIDU 2
ASUHAN KEBIDANAN TERKINI


 






                       




Nama : Ima Aufya Hidayah
NPM   : 163112540120061
Kelas   : B






UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIV KEBIDANAN
2016-2017
Buatlah Penatalaksanaan Kasus Obstetri di bawah ini :
1.      Infeksi Nifas
a.       Bendungan Payudara
b.      Mastitis
c.       Metritis
d.      Sepsis Puerperalis
2.      Asfiksia Neonatorum
3.      BBLR
4.      Hipotermi
5.      Hipoglikemi
6.      Kejang pada BBL
Penatalaksanaan :
1.    a. Bendungan Payudara
Terapi dan Pengobatan pada bendungan ASI Menurut Prawirohardjo  (2007:700) adalah
a.       Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya, dapat dilakukan pemijatan ringan sebelum menyusui
b.      Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara
c.       Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri  masing – masing selama 5 menit
d.      Gunakan BH yang menopang yang pas menopang payudara
e.       Berikan analgesic dan antipiretik untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan  panas.
f.       Terkadang perlu diberikan stilbestol / lynoral 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari(untuk mengurangi produksi ASI)
Jikaibumenyusui:
·         Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak kearah putting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
·         Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
·         Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
·         Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun kearah putting susu
·         Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
·         Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
·         Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Jika ibu tidak menyusui:
·         Gunakan bra yang menopang
·         Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
·         Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
·         Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
·         Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

b. Mastitis
Bila payudara ibu terasa sangat penuh atau terbendung selama minggu pertama, penting bagi ibu untuk memastikan bahwa ASI dikeluarkan dan diatasi dengan melakukan:
1)      Ibu harus dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya, untuk memperbaiki pengeluaran ASI dan untuk mencegah luka pada puting susu.
2)      Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki, tanpa batas.
3)      Bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dan kencang pada payudara, atau bila puting susunya tertarik sampai rata sehingga bayi sulit mengeyut, ibu harus memeras ASI nya.
4)      Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan pompa. Bila payudara sangat nyeri, jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan botol panas.
5)      Setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh dan kebutuhan bayi cocok satu sama lain (WHO, 2003).
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
a)    Berikan antibiotika :
·    Kloksasilin   500 mg  per oral 4 kali sehari selama 10 hari
·    atau Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b)   Bantulah agar  Ibu :
·    Tetap meneteki
·    Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c)    Berikan paracetamol  500 mg per oral
d)   Evaluasi 3 hari

c. Metritis
1)      Segera transfuse, jika ada perdarahan.
2)      Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam.
a)    Ampisillin 2 gram IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam.
b)   Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnostic.
3)   Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon.
4)   Jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan laparatomi dan drain abdomen.
5)   Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.

e.    Sepsis Puerperalis
1.      Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2 atau lebih gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban mulai hari ke 2 ( 2 kali 24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
·         Suhu tubuh > 38 C
·         Nyeri peru atau pelvis
·         Pengeluaran cairan vagina yang abnormal
·         Cairan vagina yang berbau busuk
·         Terhambatnya pengecilan ukuran uterus
2.      Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/ gejala infeksi
3.      Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada terhadaptanda/ gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya
4.      Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi (mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk infeksi kronis)
5.      Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat perdarahan pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum berlubang besar 16 atau 18 G, rujuklah ibu segera ke RS. (ibu perlu diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta)
6.      Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok (suhu 38 C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk biu ke RS.
·           Ampisilin 2 gr IV setip 6 jam
·           Gentamisin 5 mg/ kg berat badan IV setiap 24 jam
·           Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
7.      Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan antibiotika (misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam, ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari)
8.      Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga lainnya sampai infeksi teratasi
9.      Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/ bayi
10.  Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama untuk ibu nifas atau bayi lain
11.  Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya dibakar), jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah dijemur sampai kering)
12.  Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik, dan banyak minum bagi ibu
13.  Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI (namun demikian, bayi memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi)
14.  Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15.  Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam segera rujuk ke RS
16.  Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang didiskusikan di standar 21

2.        Asfiksia Neonatorum
Penanganan asfiksia ringan :
1.      Nilai keadaan bayi.
2.      Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3.      Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4.      Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5.      Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6.      Berikan asuhan bayi baru lahir normal.
Penanganan asfiksia sedang :
1.      Nilai keadaan bayi.
2.      Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3.      Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4.      Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5.      Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6.      Nilai keadaan bayi.
7.      Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
8.      Berikan oksigen 1-2 liter/menit.
9.      Nilai kembali keadaan bayi.
10.  Berikan asuhan bayi baru lahir normal.
Penanganan asfiksia berat :
1.      Nilai keadaan bayi.
2.      Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3.      Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4.      Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5.      Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6.      Nilai keadaan bayi.
7.      Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
8.      Berikan oksigen 1-2 liter/menit.
9.      Nilai kembali keadaan bayi.
10.  Periksa alat – alat resusitasi.
11.  Atur kembali posisi bayi.
12.  Pasang sungkup menutupi dagu, hidung dan mulut.
13.  Tekan balon ambubag. Lakukan sebanyak 2x dan periksa gerakan dinding dada.
14.  Lanjutkan ventilasi sebanyak 20x/30 detik.
15.  Nilai frekuensi pernafasan bayi dan warna kulit bayi.
16.  Lakukan ventilasi selama 2-3 menit, jika belum membaik lakukan perujukan.
17.  Jika setelah 20 menit dilakukan ventilasi keadaan bayi belum membaik hentikan ventilasi
(Purnamaningrum,2010).

3.        BBLR
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan.
Lahir rendah dapat dilakukan tindakan sebagai berikut : (10,15,17)
1)       Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematuritas akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan. Cara – cara diatas dilakukan agar panas badan bayi dapat dipertahankan.
2)       Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3)       Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4)        Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

4.        Hipotermi
Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
a.    Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal.Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
b.    Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
c.    Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatastungku.
d.   Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit–sedikit sesering mungkin . Bila bayi tidak menghisap, beri infuse glukosa / dektrose 10% sebanyak 60–80 ml /kg per hari
e.    Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
f.     Dirujuk ke rumah sakit.
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR adalah :
1.      Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan
2.      Tutup matras dengan kain bersih
3.      Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi)
4.      Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
a.       BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35C, umur 11 hari-3 minggu : 34C, umur 3 -5minggu :33C, umur >5minggu : 32C
b.      BB 1500-2000 gramUmur 1-10 hari :34C, umur 11-4minggu : 33C, umur >4 minggu : 32C
c.       BB 2100-2500 gramUmur 1-2 hari : 34C, umur 3hari-3minggu : 33C, umur > 3 minggu : 32C
d.      BB >2500 gramUmur 1-2 hari : 33C, umur >2hari : 32C.(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan suhuinkubator 7C naikan suhu inkubator 1C)
5.    Hangatkan inkubator sebelum digunakan
6.    Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan terapi selesai
7.    Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar inkubator tetap hangat
8.    Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
9.    Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila setiap jamdalam 8 jam pertama kemudian setip 3 jam.a. Bila suhu < 36C atau >37C, atur suhu inkubator secepatnya

5.        Hipoglikemi
1)   Pada stadium permulaan (sadar), diberikan gula murni 30 gram (sekitar 2 sendok makan) atau sirup/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat. Obat hipoglikemik dihentikan sementara. Glukosa darah sewaktu dipantau setiap 1-2 jam. Bila sebelumnya pasien tidak sadar, glukosa darah dipertahankan sekitar 200 mg/dl dan dicari penyebab hipoglikemia.
2)   Pada stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia), diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intravena dan diberikan cairan dekstrosa 10% per infus sebanyak 6 jam per kolf. Glukosa darah sewaktu diperiksa. Jika GDS < 50 mg/dl, ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml secara intravena; jika GDS < 100 mg/dl ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml intravena. GDS kemudian diperiksa setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40%, jika GDS < 50 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml intravena; jika GDS < 100 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml intravena; jika GDS 100-200 mg/dl maka tidak perlu diberikan bolus dekstrosa 40%; jika GDS > 200 mg/dl maka dipertimbangkan untuk menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, dilakukan sliding scale setiap 6 jam dengan regular insulin.
3)   Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg iv/im. Jika pasien belum sadar dengan GDS sekitar 200 mg/dl, diberikan hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2 g/kgBB iv setiap 6-8 jam dan dicari penyebab lain penurunan kesadaran. Untuk menghindari timbulnya hipoglikemia pada pasien perlu diajarkan bagaimana menyesuaikan penyuntikan insulin dengan waktu dan jumlah makanan (karbohidrat), pengaruh aktivitas jasmani terhadap kadar glukosa darah, tanda dini hipoglikemia, dan cara penanggulangannya.
Ringan :
15-20 g karbohidrat yang diserap dengan cepat, contoh : Lucozade 100-150 ml mendekati setengah cangkir teh Jus buah 150-200 ml mendekati satu cangkir teh penuh
Lemonade 150-200 ml mendekati satu cangkir teh penuh Atau tidak diet cola Ulangi setelah 5 menit jika tidak ada perbaikan Kemudian Salah satu Mengambil makanan dengan 60 min dengan dosis insulin yang digunakan, jika sesuai Atau 10 gr zat tepung karbohidrat (co:sepotong roti) jika makan diberikutnya 1-2 jam Atau 20 gr zat tepung karbohidrat (2 potong roti) jika makanan tidak untuk 2 jam atau malam hari Cek gula darah pada 30 menit untuk memastikan sudah pulih/sembuh sampai 4mmol/L Berat : IM glukagon 1 mg bisa diberikan efektif dengan 10 min Kemudian 20 g karbohidrat yg diserap cepat dan jika pulih 40 g karbohidrat yg diserap cepat (co : 2 potong roti) AtauIV glukosa 75 ml 20% glukosa Ulangi pada 5 min jika tidak pengaruh Kemudian 20 g karbohidrat yang diserap cepat dan jika pulih. 40 gr karbohidrat yang diserap cepat (co: 2 potong roti) Jangan gunakan 50% glukosa kecuali kalau melewati saluran pusat vena ( central venous line)

6.        Kejang pada BBL
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
·         Menjaga jalan nafas tetap bebas
·         Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
·         Mengobati penyebab kejang
Penanganan kejang pada BBL
·         Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu dipertahankan 36,5-37ᴼC
·         Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hisung dan nasofaring
·         Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit
·         Infus
·         Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
·         Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
·         Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan 60ml/kgBB/hr
·         Cari faktor penyebab
o  Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM
o  Apakah mungkin bayi prematur
o  Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia
o  Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika
o  Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
o  Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)
o  Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
·           Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam
·           Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
·           Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
·           Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%



Tidak ada komentar:

Posting Komentar