MATA KULIAH
EVALUASI DAN REMEDIASI
PEMBELAJARAN

TUGAS KELOMPOK I
(3 Oktober- 8
Oktober )
KELOMPOK 3
: IMA AUFYA HIDAYAH (
163112540120061 )
AYI NURHIDAYAH ( 163112540120106 )
FITRAH NUR ( 163112540120019 )
FANA AFIZZA ( 163112540120057 )
ANNISA MAULINA ( 163112540120064 )
NOVA NOVIANTY ( 163112540120059 )
MONA WULANDARI ( 163112540120018 )
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2016 /
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perencanaan
suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar hasil
yang diaharapkan dapat dicapai. Rencana yang diteliti dan konseptual akan
memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur penguasaan belajar yang
relevan dengan hasil belajar yang representative.
Dalam
penyusunan tes, rencana itu diebu dengan table spesifikasi atau kisi-kisi soal
ujian akan memberikan bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi
atau tabel spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai
dengan dan mawakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar
atau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu
(yang diujikan). Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan
dengan bentuk item yang akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang
kemampuan yang diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi
itu bagi mahasiswa serta kegunaannya didalam masyarakat setelah mereka
menyelesaikan syudinya nanti
Dalam
kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakuka tes, karena
dengan melakukam tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kemampian siswa
dalam memahami materu yang telah dielajari. Dalam penyusunan soal-soal tes
terkadang guru mengalami kesulitan karena pembuatan soal tersebut diperlukan
berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu sulit, terlalu mudah
dan membingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal tersebut.
Dalam penyusunan tes hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu
validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan
guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi.
Penyusunan
kisi-kisi ada pembuatan tes asuhan kebidanan pada ibu nifas ini mengharapkan
agar siswa lebih mengerti lagi tentang asuhan nifas pada ibu pasca persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
(www.datastatistik-indonesia.com). Sejak 2007,
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di
Asia Tenggara (UNFPA, 2013) dengan 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Lima tahun kemudian, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2013)
menunjukkan AKI di Indonesia berada pada angka 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut tentu masih sangat jauh dari target kelima
Millenium Development Goals, yaitu pada 2015 mencapai 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Asuhan masa
nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi.
Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa
mengetahui pengertian kisi-kisi
2. Mahasiswa
mengetahui kegunaan dan fungsi dari kisi-kisi
3. Mahasiswa
mengetahui syarat pembuatan kisi-kisi yang baik
4. Mahasiswa
mengetahui komponen dari kisi-kisi
5. Mahasiswa
mengetahui pengertian tes
6. Mahasiswa
mengetahui langkah-langkah penyusunan tes
7. Mahasiswa
mengetahui fungsi tes
8. Mahasiswa
mengetahui macam-macam tes
9. Mahasiswa
mengetahui pengertian analisis tes
10. Mahasiswa
mengetahui cara menghitung validitas butir
11. Mahasiswa
mengetahui cara menghitung indeks kesukaran
12. Mahasiswa
mengetahui cara menghitung daya pembeda
13. Mahasiswa
mengetahui tentang analisis distraktor
14. Mahasiswa
mengetahui tentang uji reliabilitas
15. Mahasiswa
mengetahui tentang uji validitas
16. Mahasiswa
mengetahui tentang pengertian nifas
C. METODOLOGI
PENULISAN
Metode penulisan yang penulis
gunakan adalah penelitian study literature. Yang di maksud dengan penulisan
study literature adalah penulisan yang di peroleh dari beberapa buku dan
internet. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menghubungkan data-data yang
penulis dapat antara yang satu dengan yang lain.
BAB II
PERENCANAAN ,
PEMBERIAN NILAI DAN ANALISIS ITEM
A.
Perencanaan Tes (kisi-kisi )
Secara etimologi, kata “tes” berasal
dari bahasa latintestum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam
bahasa kuno, kata “tes” berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan
antara emas dengan perak serta logam lainnya. Menurut Sumadi Suryabrata, tes adalah: “pernyataan-pernyataan yang harus
dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan
harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan
perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainnya” (Sumadi Suryabrata, 2001: 22)
Dalam proses pembelajaran, tes
mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan salah satu instrumen
yang digunakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan. Dalam
setiap kegiatan pembelajaran harus diketahui sejauh mana proses belajar
tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara
untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)(Arifin Zainal, 2009)
Dalam perencanaan tes, terdapat ketentuan pokok dan
prosedur pengembangan spesifikasi tes yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
tes yang efektif.
a.
Ketentuan
Pokok dalam Perencanaan Tes
Seorang guru harus memahami tentang
pendidikan anak yang akan dites, kondisi tempatpelaksanaan tes akan
dilaksanakan dan sebagainya. Pendek kata, bukan keterampilan saja yang
diperlukan, tetapi hampir seluruh kepribadian guru terlibat di dalamnya. Itu
sebabnya banyak ahli yang mengatakan, bahwa mengkonstruksi tes lebih bersifat
sebagai seniatau“Art” daripada sebagai ilmu pengetahuan atau ”science”.Oleh
karena itu, jika guru ingin berhasil mengkonstruksi tes, maka dia harus membuat
perencanaan tes dengan teliti. Dalam hubungan ini ada empat ketentuan pokok
yang perlu diikuti, yakni :
1)
Evaluasi
Dilakukan Terhadap Semua Hasil Pengajaran Yang Penting
Hasil pengajaran tergambarkan dalam
tujuan instruksional yang hendak dicapai.Itu sebabnya, tujuan
instruksional itu harus dirumuskan secara jelas, spesifik, dapat diamati dan
dapat diukur.Tujuan instruksional dijabarkan berdasarkan tujuan sekolah (tujuan
instruksional). Tujuan instruksional umum yang telah digariskan dalam
Garis-garis Progam Pengajaran (GBPP) pada hakekatnya adalah tujuan pelajaran
atau bidang studi. Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan menjadi Kompetensi dasar
(KD) yang harus dicapai. Berdasarkan KD inilah kita dapat menggariskan dan
menunjukkan jenis-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah
mengikuti proses instruksional tertentu. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan itu
atau perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, baru dapat ketahui setelah
dilakukan serangkaian tes.Jadi perumusan tujuan yang spesifik bukan saja
penting bagi pembinaan kurikulum yang menentukan prosedur dan alat
instruksional, melainkan juga penting dalam rangka evaluasi hasil pengajaran.
2) Tes harus merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat
penekanan tertentu dalam pelajaran.Penekanan dalam pelajaran dapat
dilihat dalam proporsi yang direncanakan dalam perencanaan tes.Jika bahan
terlalu luas sedangkan waktu yang tersedia singkat, maka perlu mengadakan
sampel terhadap isi bahan. Selain dari itu perlu ada keseimbangan antara
banyaknya pertanyaan dilihat dari segi isi pelajaran yang akan dites dan tujuan
pembelajaran yang dicapai. Untuk itulah maka sebaiknya guru atau pembuat tes
terlebih dahulu melakukan analisa tugas (Job analysis).
3) Hakekat Tes Harus Merefleksikan Tujuan Yang Hendak
Dicapai Oleh Tes.
Sebenarnya
tujuan yang hendak dicapai adalah menentukan kedudukan tingkah laku siswa dalam
hubungan standar khusus, bukan dalam hubungan dengan siswa lain dalam
kelompoknya. Tetapi, jika tujuannya adalah membandingkan perilaku (performance)
siswa dengan siswa lainnya dalam kelompok yang sama, dengan menggunakan ukuran
relatif, maka harus disediakan item-item yang akan mendistribusikan skor dari
tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah.Tes akan valid jika secara nyata
mengukur apa yang direncanakan untuk diukur. penggunaan ukuran relatif adalah
salah satu cara yang terbaik untuk memperbaiki releabilitas tes, karena itu
item-item hendaknya menimbulkan rentang skor yang luas.
4) Hakekat tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di
mana tes akan diadministrasikan.Minimal terdapat tiga hal yang harus
ditetapkan, yaitu frekuensi tes, kuantitas tes dan format tes. Pertama, harus diputuskan berapa kali
tes akan dilakukan. Kalau berpijak pada sistem instruksional, maka jelas bahwa
penilaian terhadap perilaku siswa harus dilakukan sepanjang proses
instruksional sampai dengan akhir pelajaran. Kedua, harus diputuskan berapa banyak item yang akan diperlukan
sesuai dengan waktu yang tersedia, banyaknya tujuan yang harus dicapai, dan
banyaknya bahan pelajaran.Ketiga,
harus diputuskan bentuk format tes yang akan digunakan. apakah akan menggunakan
tes essay atau tes objektif,apakah akan menggunakan bentuk item B-S, pilihan
berganda, menjodohkan dan sebagainya
b. Prosedur
Pengembangan Spesifikasi Tes
Spesifikasi
Tes adalah suatu uraian yang menunjukan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri
yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Tes untuk mengukur hasil
belajar siswa, memiliki prinsip-prinsip serta langkah-langkah perencanaan
tersendiri. Dalam merencanakan penyusunan achievement test diperlukan
adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat
diperoleh tes yang lebih efektif. Dengan demikian, pada akhirnya tes
benar-benar dapat menjadi instrumen yang dapat mengukur apa yang sebenarnya
harus diukur. Secara umum
langkah-langkah penyusunan tes menurut para ahli penyusun tes maupun para
pengajar (classroom teacher) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning
outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3) Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang
spesifik
4) Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang
akan diukur dengan tes itu.
5) Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint).
6) Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai
dasar penyusunan tes.
Adapun langkah-langkah penyusunan
tes, jika merujuk kepada pedoman yang disusun oleh Balitbang Depdiknas tahun
2006 adalah sebagai berikut :
1)
Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap
tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda.Misalnya untuk tujuan tes prestasi
belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar,
lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/ diukur disesuaikan seperti untuk
kuis/ menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian,
tugas individu/ kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan
kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2)
Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar
kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus
diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan
kompetensi dasar.
3)
Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai
pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus
mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan
materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan
keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya
adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat
diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang
bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian.
Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan:
kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product),
atau lainnya.
4) Menyusun
kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam
menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
B.
Penyusunan tes
Langkah-langkah penyusunan soal pilihan ganda, dimulai dengan menyusunkisi-kisi
soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal, sebelum test digunakanmelakukan
penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa hasil test.
a. Penulisan Kisi-Kisi Soal
1) Teknik
Mengisi Kisi-Kisi
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapatdijadikan
pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi instrument tes. Dengan
menggunakan kisi-kisi, pembuat soal dapat menghasilkan soal-soalyang sesuai
dengan tujuan tes. Berbagai instrument tes yang memilikitingkat kesulitan, kedalaman
materi dan cakupan materi sama (paralel) akanmudah dihasilkan hanya dengan satu
kisi-kisi yang baik. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi antara lain:
a)
Sampel Materi
Pemilihan
sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan sampel
materi secara representative dapat mewakili semua materi yangdiajarkan selama
proses pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yangdapat ditanyakan maka
semakin banyak pula tujuan pembelajaran yangdapat diukur.Dasar pertimbangan
yang digunakan dalam pemilihan sampelmateri adalah dasar pertimbangan keahlian
(expert judgement).
b)
Jenis Tes
Pemilihan
jenis tes yang digunakan berhubungan erat dengan jumlahsampel materi yang dapat
diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlahpeserta tes, serta jumlah
butir soal yang akan dibuat. Ada dua jenis tes yangdapat digunakan sebagai alat
ukur hasil belajar peserta ujian , yaitu tesobjektif dan tes uraian. Pemilihan
jenis tes sangat terkait dengan tujuanpembelajaran yang akan diukur. Tes
objektif merupakan jenis tes yang tepatdigunakan untuk ujian berskala besar
yang hasilnya harus segeradiumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir
program, dan ujiankompetensi profesi.Soal tes objektif dapat diskor dengan
mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai
tingkatan kognitif,serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam
suatu tes.
c)
Jenjang Pengetahuan
Setiap mata
kuliah/kompetensi inti mempunyai penekanankemampuan yang berbeda dalam
mengembangkan proses berfikir pesertaujian . Dengan demikian jenjang kemampuan
berfikir yang akan diujikan pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu kompetensi
lebih menekankan padapengembangan proses berfikir analisis, evaluasi dan
kreasi, maka butir soalyang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur
kemampuan tersebut, begitu juga sebaliknya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan butir soal yang Akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang relevan
dengan proses berfikir yang dikembangkan selama prosespembelajaran. Dalam
hubungan ini, kita mengenal ranah kognitif yangdikembangkan oleh Bloom dkk yang
kemudian direvisi oleh Krathwoll(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan
ranah kognitif adalah: ingatan(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis
(C4), evaluasi (C5) dankreasi (C6). Berikut ini akan diuraikan secara singkat
ke-6 jenjang proses berfikir tersebut.
1) Ingatan
(C1), merupakan jenjang proses berfikir yang paling sederhana.
Butir soal
dikatakan dapat mengukur kemampuan proses berfikiringatan jika butir soal
tersebut hanya meminta pada peserta ujian untukmengingat kembali tentang segala
sesuatu yang telah diajarkan dalamproses pembelajaran, seperti mengingat nama,
istilah, rumus, gejala, dsb, tanpa menuntut kemampuan untuk memahaminya.2)
Pemahaman (C2), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkatlebih tinggi
dari ingatan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berpikir pemahaman
jika butir soal tersebut tidak hanya maemintapada peserta ujian untuk mengingat
kembali tentang segala sesuatuyang telah diajarkan dalam proses pembelajaran,
tetapi peserta ujiantersebut harus mengerti, dapat member arti dari materi yang
dipelajari serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan
ujikompetensi, ranah kognitif C1 dan C2, tidak digunakan sebagai dasarpembuatan
soal.3) Penerapan (C3), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat
lebihtinggi dari pemahaman. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berfikir penerapan, jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk
memilih, menggunakan atau menggunakan dengan tepatsuatu rumus, metode, konsep,
prinsip, hokum, teori atau dalil jikadihadapkan pada situasi baru.4) Analisis
(C4), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari
penerapan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir analisis jika
butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaanmenurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahamihubungan antar bagian tersebut.5) Evaluasi (C5), merupakan jenjang
proses berfikir yang lebih kompleksdari analisis. Butir soal dikatakan mengukur
kemampuan proses berfikirevaluasi jika butir soal tersebut meminta pada peserta
ujian untukmembuat pertimbangan atau menilai terhadap sesuatu
berdasarkankriteria-kriteria yang ada.6) Kreasi (C6), merupakan jenjang proses
berfikir yang paling kompleks.Proses berfikir ini menghendaki peserta ujian
untuk menghasilkansuatu produk yang baru sebagai hasil kreasinya.
d) Tingkat
Kesukaran
Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam setsoal untuk
ujian, harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yangakan digunakan.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil tes,
yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) dan Penilaian Acuan Norma
(PAN).Dalam uji kompetensi,interpretasi hasil tes yang digunakan berbasis
kompetensi, maka pendekatanyang digunakan adalah PAP.Sehingga dalam
menginterpretasikan hasil tesyang menjadi pertimbangan dalam penyusunan butir
soal ujian adalah ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam blue print
kompetensi.Walaupun butir soal tersebut mudah, tetapi apabila butir soal
tersebutdiperlukan untuk mengukur tujuan yang telah ditetapkan, maka butir
soaltersebut harus digunakan.
1.
Jumlah Butir Soal
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujiantergantung pada
beberapa hal, antara lain: penguasaan kompetensi yangingin diketahui, ragam
soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingindiukur, dan sebaran tingkat
kesukaran dalam set tes tersebut. Pada ujikompetensi, waktu dan jumlah butir
soal telah ditetapkan, sehingga pembuatsoal dapat memperkirakan tingkat
kesulitan soal.
2. Lembar
Indikator Soal
Untuk membantu mempermudah pengisian format kisi-kisi, maka yang perlu dilakukan :
a) Siapkan
format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai sumber dalam pembuatan kisi-kisi.
b) Setelah mengetahui kompetensi inti,maka selanjutnya menentukan indikator
pembelajaranyang akan diukur. Kompetensi dasar dan indikator dirumuskan
dalamkata kerja operasional, yang merupakan dasar dalam menyusun soal.Contoh
kata kerja operasional: menentukan, menyebutkan, menghitung,
menunjukkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menyimpulkan.
Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan digunakanuntuk mengukur
ketercapaian indikator pembelajaran tersebut. Kemudian
tuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut pada lembar kisi-kisi.
Upayakan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut
merupakan sampel materi yang representative mewakili keseluruhan kompetensi yang diujikan.
c) Tuliskan
berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satu waktu ujian tersebut. Penentuan jumlah butir soal harus memperhatikan tingkat kesukaran butir soal dan proses berfikir yang ingin diukur.
d) Sebarkan
jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan. Penentuan jumlah butir soal per pokok bahasan hendaknya dilakukan secara proporsional berdasarkan kepentingan atau keluasan sub pokok bahasan tersebut.
e)
Distribusikan jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut ke dalamsub pokok
bahasan. Pendistribusian jumlah butir soal ini juga harus dilakukan secara proporsional sesuai dengan kepentingan atau keluasansub
pokok bahasan tersebut.
f) Distribusikan
jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut kedalam kolom-kolom proses
berfikir dan tingkat kesukaran butir soal. Pendistribusian
ini harus berpedoman pada kompetensi yang akan diukur
ketercapaiannya dan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran.
a.
Langkah-langkah penyusunan tes
Urutan
langkah yang dilakukan:
- Menentukan
persiapan dan tujuan mengadakan tes.
- Pemilihan
materi dan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
- Menentukan
bentuk dan jenis tes.
- Merumuskan
tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
- Menderetkan
semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku
terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
- Menyusun
tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur
beserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terinci tentang
tabel spesifikasi, akan disajikan pada bab berikutnya.
- Menentukan
jumlah butir tes dan menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK
yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
- Menentukan
skor.
- Membuat
kisi-kisi.
- Menyusun
tes berdasarkan kisi-kisi.
Apabila TIK ditulis sangat khusus,
maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. Tetapi jika TIK itu merupakan TIK
esensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal. Kecenderungan
yang ada pada guru-guru beberapa waktu yang lalu, pengukuran ranah kognitif
hanya ditekankan pada 3 aspek yang pertama, yaitu, ingatan, pemahaman, dan
aplikasi. Penyusunan item yang paling mudah dilakukan adalah pengukuran aspek
ingatan. Untuk aspek-aspek lainnya, walaupun dikehendaki dan diusahakan masuk
ke dalam kategori pemahaman dan aplikasi, setelah diperiksa kemungkinan besar
juga masih bersifat ingatan. Itulah sebabnya dalam tulisan ini akan dikemukakan
cara-cara item mengenai aspek beserta contoh-contohnya.
C. Uji coba dan pemberian
nilai
Mengingat pentingnya
penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan
melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur
penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya
dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi
penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan
dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku
pelajaran yang digunakannya.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya
menjadi bagian integral dari proses belajar-mengajar. Artinya, penilaian
senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga
pelaksanaannya berkesinambungan.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang
objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa
sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan
sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas
yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotoris.
4. Penilaian hasil belajar hendaknya
diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi
guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam
catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Hasil penilaian juga hendaknya
dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran , memperbaiki
kelemahan-kelemahan pengajaran dan memberikan bimbingan belajar kepada siswa
yang memerlukannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yakni :
a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan
pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur
tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas
tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat
penilaian.
b. Mengkaji kembali materi pengajaran
berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi
tes atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang diberikan.
c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun
nontes yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang
tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat penilaian hendaknya
diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.
Dalam penyusunan alat-alat penilaian, hal-hal yang
harus ditempuh yakni :
- Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat
ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran.
- Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga
jelas betul abilitas yang harus dinilainya. Tujuan instruksional khusus
harus dirumuskan secara operasional, artinya bisa diukur dengan alat
penilaian yang biasa digunakan.
- Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian.
Dalam kisi-kisi harus tampak abilitas yang diukur serta proporsinya,
lingkup materi yang diujikan, tingkat kesulitan soal, jenis alat
penilaian yang digunakan, jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan waktu
yang diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut.
- Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam menulis soal, perhatikan aturan-aturan
yang berlaku.
- Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
d. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan
tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan
siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar,
maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan
D. Analisis item (
tingkat kesukarann dan daya pembeda )
Pada
analisis butir, butir akan dilihat karakteristiknya dan dipilih butir-butir
yang baik.
a.
Teknik
analisis tingkat kesukaran
Suatu tes tidak boleh terlalu
mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar, sebuah item yang terlalu mudah
sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa bukanlah merupakan item
yang baik, begitu pula item yang terlalu sukar sehingga tidak dapat dijawab
oleh semua siswa juga bukan merupakan item yang baik. Jadi item yang baik
adalah item yang mempunyai derajat kesukaran tertentu.
b.
Teknik
Analisis Daya Pembeda Item
Daya Pembeda (item discrimination
) adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam
aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks
yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan rendah.
Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara
keseluruhan.
Mengetahui daya pembeda item itu
penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir
item hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara siswa yang
satu dengan siswa yang lain itu berbeda-beda dan bahwa butir-butir tes hasil
belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan
kemampuan yang terdapat dikalangan siswa tersebut.
Angka yang menunjukan besarnya
daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. seperti halnya, indeks
kesukaran, indeks diskriminasi(daya pembeda).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kisi-kisi adalah format berbentuk
matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau
merakit soal menjadi tes. Penyususnan kisi-kisi merupakan langkah penting yang
harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan
penggunaan tes.
Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman
dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal
dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes
dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia
sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbedakan dapat
menghasilkan perangkat soal yang relative sama, baik dari tingkat kedalaman
maupun cakupan materi yang ditanyakan. Dalam penyususunan sebuah tes, harus
mengikuti sebuah langkah-langkah penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi
terstruktur.
Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil
belajar harus bervariasi,sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil
belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendir. Tes hasil belajar
harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Tes hasil belajar harus memiliki realiabilitas yang dapat
diandalkan, artinya setelah hasil tes belajar itu dilaksankan berkali-kali
terhadap subyek yang sama hasilnya selalu sama dan relative sama.
B.
SARAN
Pada
pembuatan makalah, ini penulis menyadari masih banyak kesalahan serta
kekurangan yang tersapat pada makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang dibuat
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Dikti Kemenkes. Panduan
Pengembangan Penulisan Soal, Jakarta:2010.
Pusat Penilaian Pendidikan
Balitbang Depdiknas. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda, Jakarta:
Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang-Depdiknas, 2007.
Suryabrata S.Bahan
Evaluasi Assessment, Bandung:FKIP,2003.
Sudjana, Nana. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Thoha,Chabib. Teknik
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003.
Zainal,Arifin. Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
LAMPIRAN
KISI-KISI
PENYUSUNAN SOAL
Jenis pendidikan : DIII Kebidanan
Mata kuliah :
ASUHAN KEBIDANAN 3
Kelompok sasaran : Mahasiswa
Alokasi Waktu :
30 Menit
No
|
Kompetensi
dasar
|
Materi/pokok bahasan
|
Indikator
|
Bentuk soal
|
jumlah
|
||||
B-S
|
PG
|
Isian
|
Melengkapkan
|
Uraian
|
|||||
1
|
Kompetensi
ke-3 : Asuhan Pada Masa Nifas
Bidan dapat memberi asuhan postpartum yang bermutu
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama post
partum meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
|
Asuhan Nifas secara
psikologis maupun fisiologis, macam-macam masa nifas dan keadaan alat
reproduksi pada masa nifas.
|
Jika diberi
kasus tentang masa nifas peserta ujian dapat menentukan : diagnosis kasus,
dan penatalaksanaan/asuhan masa nifas
|
-
|
30
|
-
|
-
|
2
|
32
|
Jumlah
|
32
|
Petunjuk
untuk teruji :
1. Bacalah soal dengan cermat
2. Jawablah 20 soal dengan memilih A, B, C, D dan E
sesuai dengan pendapat saudara di lembar jawab yang telah disediakan
3. Waktu saudara selama 30 menit
SOAL
1. Bidan setelah
melakukan pertolongan persalinan, sebaiknya menjaga dan melakukan pengawasan
kesehatan ibu dan bayi
minimal selama ...
a. 2 jam
b. 8 jam
c. 12 jam
d. 24 jam
e. Tidak perlu dilakukan
2. Suatu keadaan setelah
plasenta lahir sampai kembalinya alat kandungan seperti
semula disebut …
a. Konsepsi
b. Nidasi
c. Persalinan
d. Kontrasepsi
e. Puerperium
3. Asuhan yang tepat
diberikan pada 6-8 jam post partum adalah ...
a. Mencegah perdarahan oleh karena atonia uteri
b. Pemberian
ASI lanjut
c. Pemberian
konseling perawatan bayi baru lahir
d. Menilai
tanda-tanda infeksi nifas
e. Konseling
KB secara dini
4. Peran bidan dalam
memberikan konseling bagi ibu dan keluarga pada masa nifas mengenai ...
a. Cara melakukan senam hamil
b. Tanda bahaya masa nifas
c. Skrining bayi baru lahir
d. Personal higiene
persalinan
e. Gizi kurang seimbang masa
nifas
5. Asuhan yang dapat
diberikan pada 6 minggu post partum adalah ...
a. Memastikan involusio uteri
berjalan dengan normal
b. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi dan cukup cairan
c. Menjaga bayi tetap sehat
melalui pencegahan hipotermi
d. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
selama masa nifas
e. Mendeteksi dan perawatan
penyebab dari perdarahan
6. Involusio uteri
berlangsung kira-kira selama …
a. 2 jam
b. 6-8 jam
c. 6 hari
d. 2 minggu
e. 6 minggu
7. Sebagai seorang bidan, apa asuhan
kebidanan yang paling tepat diberikan pada ibu nifas
2 jam post
partum….
a. Mencegah terjadinya perdarahan
b. Menganjurkan
ibu untuk berjalan-jalan
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
d. Menganjurkan ibu untuk segera ber KB
e. Menganjurkan ibu untuk senam nifas
8. Perubahan masa nifas yang terjadi pada sistem
pencernaan adalah….
a. Diare
b. Rasa mual
c. Obstipasi
d. Produksi HCL menurun
e. Progesteron
meningkat
9. Jenis cairan yang keluar
melalui vagina pada 6 jam postpartum adalah….
a. Lochea alba
b. Lochea sanguinolenta
c. Lochea serosa
d. Lochea rubra
e. Lendir darah
10. Apa periode
masa nifas yang dialami oleh ibu nifas 2 jam postpartum….
a. Puerperium dini
b. Puerperium lanjut
c. Laten Puerperium
d. Puerperium Intermiten
e. Peurperim Laten
11. Apa jenis
ASI yang dikeluarkan pada 2 jam postpartum….
a. ASI Matur
b. ASI Transisi
c. ASI Peralihan
d. ASI
Kolostrum
e. ASI
Ekskusif
12. Berdasarkan
kebijakan program nasional, kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal ...
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
13. Suatu masa dimana
kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu disebut
...
a. Remote puerperium
b. Puerperium intermedial
c. Puerperium dini
d. Puerperium
e. Late puerperium
14. Tujuan
utama bayi disusui pada postpartum 6 jam adalah ?
a. Agar
ASI keluar lancar
b. Hubungan psikologis ibu dan bayi
c. Memberi kegiatan ringan pada ibu
d. Mempertahankan kontraksi uterus
e. Agar payudara tidak bengkak
15. Menurut Reva Rubin, suatu kondisi psikologis
dimana ibu mulai mau merawat bayinya
adalah….
a. Taking in
b. Letting in
c. Letting go
d. Taking hold
e. Taking on
16. Kembalinya berat
uterus ke berat semula akan terjadi pada….
a. 1 Minggu PP
b. 2 Minggu PP
c. 3 Minggu PP
d 6 Minggu PP
e. 40 Hari PP
17. Setelah
hari ke-7 pengeluaran lochea berupa darah berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan laserasi plasenta, itu dinamakan lochea….
a. Lochea rubra
b. Lochea sanguinolenta
c. Lochea serosa
d. Lochea alba
e. Lochea kruenta
18. Perubahan
emosi yang mungkin terjadi pada postpartum minggu ke-2….
a. Postpartum blues
b. Postpartum depresi
c. Psikosomatis
d. schizophrenia
e. Postpasrtum psikosis
19. Suatu masa kepulihan
dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan disebut ...
a. Remote puerperium
b. Puerperium intermedial
c. Puerperium dini
d. Puerperium
e. Late puerperium
20.
Suatu masa dimana
kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu disebut
...
a. Remote puerperium
b. Puerperium intermedial
c. Puerperium dini
d. Puerperium
e. Late puerperium
21. Seorang perempuan usia
24 tahun melahirkan anak yang ke dua 6 hari yang lalu, datang ke BPM mengeluh
pusing sudah 2 hari yang lalu, jahitan perineum yang terasa nyeri. Hasil
pemeriksaan TTV dalam batas normal, terlihat bekas jahitan perineum
merah.
Apakah asuhan yang tepat pada kasus tersebut?
a.
Menilai perdarahan
b.
Memberikan nutrisi
c.
Penkes tentang KB
d.
Berikan kompres air hangat
e.
Berikan paracetamol 3x500 mg
22. Seorang perempuan usia
25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM mengeluh
perut mules, sulit tidur. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, lochea
warna merah.
Berapakah tinggi fundus uteri yang normal sesuai kasus tersebut?
a. Tidak teraba
b. Setinggi pusat
c. 2 jari di bawah
pusat
d. 2 jari di atas
pusat
e. Pertengahan pusat
dan simfisis
22. Seorang ibu, usia 26
tahun melahirkan 6 jam yang lalu di BPM mengeluh takut duduk dan bangkit dari
tempat tidur. Hasil pemeriksaan : TTV dalam batas normal, TFU 2 jari di bawah
pusat, pengeluaran darah vagina berwarna merah segar, tampak bekas jahitan luka
perineum.
Lochea apakah yang ditemukan pada kasus tersebut?
a. Lochea alba
b. Lochea serosa
c. Lochea rubra
d. Lochea
purulenta
e. Lochea
sanguilenta
23. Masa
nifas dikatakan abnormal apabila...............
a. Tidak
BAB selama 12 jam PP
b. Frekuensi
BAK meningkat
c. ASI
belum lancar setelah 2 jam PP
d. Kelelahan
yang berlebihan
e. Pengeluaran
pervaginam berbau
24. Pengeluaran
lochea berupa darah merah merupakan...............
a.
Lochea rubra
b.
Lochea sanguinolenta
c.
Lochea alba
d.
Lochea Albican
e.
Lochea abnormal
25. Seorang perempuan usia
23 tahun melahirkan anan pertama BB 2800gr 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh
lelah, sering mengantuk dan bersifat passif. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas
normal. Lochea berwarna merah.
Apakah adaptasi psikososial yang dialami ibu pada kasus tersebut?
a.
Taking in
b.
Taking on
c.
Letting go
d.
Taking hold
e.
Letting hold
26. Mobilisasi
dini yang dianjurkan untuk ibu post pasrtum fisiologis adalah….....
a.
1-2 jam post partum
b.
4-6 jam post partum
c.
8-10 jam post partum
d.
12 jam post partum
e.
24 jam post partum
27. Terdapat dua reflex yang mempengaruhi
dala proses pembentukan dan pengeluaran ASI, yaitu ….
a.
Prolaktin
dan rooting reflex
b.
Prolaktin
dan reflex let down
c.
Reflex
let dan dan rooting reflex
d.
Oksitosin
dan rooting reflex
e.
Tidak
ada jawaban benar
28. Hormon yang mempengaruhi dalam
produksi ASI, yaitu …..
a.
Prolaktin
b.
Progesterone
c.
Esterogen
d.
Tiroksin
e.
Oksitosin
29. Hormon yang mempengaruhi pengeluaran
ASI, yaitu …….
a.
Prolaktin
b.
Progesterone
c.
Esterogen
d.
Tiroksin
e.
Oksitosin
30. Reflex bayi yang dapat membantu dalam
proses keberhasilan menyusui, kecuali …….
a.
Reflex
mencari
b.
Reflex
menghisap
c.
Reflex
menelan
d.
Reflex
moro
e.
Reflex
rooting
URAIAN
1.
Jelaskan tanda-tanda bahaya masa nifas
2.
Sebutkan dan Jelaskan macam-macam lochea.
Kunci Jawaban
:
1.
A 11.
A 21. C
2.
E 12.
D 22. C
3.
A 13.
B 23. E
4.
B 14.
D 24. A
5.
D 15.
C 25. A
6.
C 16.
E 26. B
7.
C 17.
B 27.B
8.
D 18.
E 28.A
9.
D 19.
C 29.E
10. B 20. B 30.D
1.
Tanda-tanda bahaya masa nifas
a.
Perdarahan hebat atau penimgkatan perdrahan secara tiba-tiba
(elebih haid biasa atau membasahi lebih dari dua pembalut saniter dalam waktu
setengah jam)
b.
Pengeluaran cairan dengan bau busuk
c.
Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d.
Demam, muntah, merasa sakit sewaktu buang air seni
e.
Payudara yang memerah, panas dan sakit
f.
Sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur
2.
Macam-macam lochea
a.
Lochea rubra
Berwarna merah segar, terjadi selama dua hari selama proses persalinan
b.
Lochea sanguinolenta
Berwarna kecoklatan, terjadi selama hari ke tiga sampai ketujuh paska
persalinan
c.
Lochea serosa
Warna kuning tetapi sudah tidak terdapat kandungan darah, keluar pada
hari ketujuh sampai hari ke empat belas
d.
Lochea alba
Warna putih keluar dua minggu setelah proses persalinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar