Kamis, 11 Mei 2017

PERENCANAAN PEMBERIAN NILAI DAN ANALISIS ITEM

MATA KULIAH
EVALUASI DAN REMEDIASI PEMBELAJARAN
LOGO UNAS.jpg
TUGAS KELOMPOK I
(3 Oktober-  8 Oktober )
KELOMPOK 3 : IMA AUFYA HIDAYAH         ( 163112540120061 )
                              AYI NURHIDAYAH                 ( 163112540120106 ) 
                              FITRAH NUR                            ( 163112540120019 )
                              FANA AFIZZA                           ( 163112540120057 )
                             ANNISA MAULINA                  ( 163112540120064 )
                              NOVA NOVIANTY                   ( 163112540120059 )
                              MONA WULANDARI              ( 163112540120018 )
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV KEBIDANAN

TAHUN 2016 / 2017



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
      Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar hasil yang diaharapkan dapat dicapai. Rencana yang diteliti dan konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.
      Dalam penyusunan tes, rencana itu diebu dengan table spesifikasi atau kisi-kisi soal ujian akan memberikan bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mawakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar atau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan). Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang kemampuan yang diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya didalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan syudinya nanti
      Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakuka tes, karena dengan melakukam tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kemampian siswa dalam memahami materu yang telah dielajari. Dalam penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan karena pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan membingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal tersebut. Dalam penyusunan tes hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi.
      Penyusunan kisi-kisi ada pembuatan tes asuhan kebidanan pada ibu nifas ini mengharapkan agar siswa lebih mengerti lagi tentang asuhan nifas pada ibu pasca persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. (www.datastatistik-indonesia.com). Sejak 2007, Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara (UNFPA, 2013) dengan 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Lima tahun kemudian, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2013) menunjukkan AKI di Indonesia berada pada angka 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tentu masih sangat jauh dari target kelima Millenium Development Goals, yaitu pada 2015 mencapai 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. 
B.     TUJUAN
1.      Mahasiswa mengetahui pengertian kisi-kisi
2.      Mahasiswa mengetahui kegunaan dan fungsi dari kisi-kisi
3.      Mahasiswa mengetahui syarat pembuatan kisi-kisi yang baik
4.      Mahasiswa mengetahui komponen dari kisi-kisi
5.      Mahasiswa mengetahui pengertian tes
6.      Mahasiswa mengetahui langkah-langkah penyusunan tes
7.      Mahasiswa mengetahui fungsi tes
8.      Mahasiswa mengetahui macam-macam tes
9.      Mahasiswa mengetahui pengertian analisis tes
10.  Mahasiswa mengetahui cara menghitung validitas butir
11.  Mahasiswa mengetahui cara menghitung indeks kesukaran
12.  Mahasiswa mengetahui cara menghitung daya pembeda
13.  Mahasiswa mengetahui tentang analisis distraktor
14.  Mahasiswa mengetahui tentang uji reliabilitas
15.  Mahasiswa mengetahui tentang uji validitas
16.  Mahasiswa mengetahui tentang pengertian nifas

C.    METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang penulis gunakan adalah penelitian study literature. Yang di maksud dengan penulisan study literature adalah penulisan yang di peroleh dari beberapa buku dan internet. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menghubungkan data-data yang penulis dapat antara yang satu dengan yang lain.
























BAB II
PERENCANAAN , PEMBERIAN NILAI DAN ANALISIS ITEM
A.    Perencanaan Tes (kisi-kisi )
Secara etimologi, kata “tes” berasal dari bahasa latintestum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa kuno, kata “tes” berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya. Menurut Sumadi Suryabrata, tes adalah: “pernyataan-pernyataan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya” (Sumadi Suryabrata, 2001: 22)
Dalam proses pembelajaran, tes mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan, keahlian atau pengetahuan. Dalam setiap kegiatan pembelajaran harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)(Arifin Zainal,  2009)
Dalam perencanaan tes, terdapat ketentuan pokok dan prosedur pengembangan spesifikasi tes yang harus diperhatikan untuk mendapatkan tes yang efektif.
a.            Ketentuan Pokok dalam Perencanaan Tes
Seorang guru harus memahami tentang pendidikan anak yang akan dites, kondisi tempatpelaksanaan tes akan dilaksanakan dan sebagainya. Pendek kata, bukan keterampilan saja yang diperlukan, tetapi hampir seluruh kepribadian guru terlibat di dalamnya. Itu sebabnya banyak ahli yang mengatakan, bahwa mengkonstruksi tes lebih bersifat sebagai seniatau“Art” daripada sebagai ilmu pengetahuan atau ”science”.Oleh karena itu, jika guru ingin berhasil mengkonstruksi tes, maka dia harus membuat perencanaan tes dengan teliti. Dalam hubungan ini ada empat ketentuan pokok yang perlu diikuti, yakni :
1)      Evaluasi Dilakukan Terhadap Semua Hasil Pengajaran Yang Penting
Hasil pengajaran tergambarkan dalam tujuan instruksional yang  hendak dicapai.Itu sebabnya, tujuan instruksional itu harus dirumuskan secara jelas, spesifik, dapat diamati dan dapat diukur.Tujuan instruksional dijabarkan berdasarkan tujuan sekolah (tujuan instruksional). Tujuan instruksional umum yang telah digariskan dalam Garis-garis Progam Pengajaran (GBPP) pada hakekatnya adalah tujuan pelajaran atau bidang studi. Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan menjadi Kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai. Berdasarkan KD inilah kita dapat menggariskan dan menunjukkan jenis-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses instruksional tertentu. Tercapai tidaknya tujuan-tujuan itu atau perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, baru dapat ketahui setelah dilakukan serangkaian tes.Jadi perumusan tujuan yang spesifik bukan saja penting bagi pembinaan kurikulum yang menentukan prosedur dan alat instruksional, melainkan juga penting dalam rangka evaluasi hasil pengajaran.
2) Tes harus merefleksikan hal-hal yang menurut perkiraan mendapat penekanan tertentu dalam pelajaran.Penekanan dalam pelajaran dapat dilihat dalam proporsi yang direncanakan dalam perencanaan tes.Jika bahan terlalu luas sedangkan waktu yang tersedia singkat, maka perlu mengadakan sampel terhadap isi bahan. Selain dari itu perlu ada keseimbangan antara banyaknya pertanyaan dilihat dari segi isi pelajaran yang akan dites dan tujuan pembelajaran yang dicapai. Untuk itulah maka sebaiknya guru atau pembuat tes terlebih dahulu melakukan analisa tugas (Job analysis).
3)  Hakekat Tes Harus Merefleksikan Tujuan Yang Hendak Dicapai Oleh Tes.
Sebenarnya tujuan yang hendak dicapai adalah menentukan kedudukan tingkah laku siswa dalam hubungan standar khusus, bukan dalam hubungan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Tetapi, jika tujuannya adalah membandingkan perilaku (performance) siswa dengan siswa lainnya dalam kelompok yang sama, dengan menggunakan ukuran relatif, maka harus disediakan item-item yang akan mendistribusikan skor dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah.Tes akan valid jika secara nyata mengukur apa yang direncanakan untuk diukur. penggunaan ukuran relatif adalah salah satu cara yang terbaik untuk memperbaiki releabilitas tes, karena itu item-item hendaknya menimbulkan rentang skor yang luas.
          4) Hakekat tes harus merefleksikan kondisi-kondisi administrasi di  mana tes akan diadministrasikan.Minimal terdapat tiga hal yang harus ditetapkan, yaitu frekuensi tes, kuantitas tes dan format tes. Pertama, harus diputuskan berapa kali tes akan dilakukan. Kalau berpijak pada sistem instruksional, maka jelas bahwa penilaian terhadap perilaku siswa harus dilakukan sepanjang proses instruksional sampai dengan akhir pelajaran. Kedua, harus diputuskan berapa banyak item yang akan diperlukan sesuai dengan waktu yang tersedia, banyaknya tujuan yang harus dicapai, dan banyaknya bahan pelajaran.Ketiga, harus diputuskan bentuk format tes yang akan digunakan. apakah akan menggunakan tes essay atau tes objektif,apakah akan menggunakan bentuk item B-S, pilihan berganda, menjodohkan dan sebagainya
b. Prosedur Pengembangan Spesifikasi Tes
Spesifikasi Tes adalah suatu uraian yang menunjukan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Tes untuk mengukur hasil belajar siswa, memiliki prinsip-prinsip serta langkah-langkah perencanaan  tersendiri. Dalam merencanakan penyusunan achievement test diperlukan adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Dengan demikian, pada akhirnya tes benar-benar dapat menjadi instrumen yang dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.            Secara umum langkah-langkah penyusunan tes menurut para ahli penyusun tes maupun para pengajar (classroom teacher) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3) Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik
4) Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5) Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint).                      
6) Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Adapun langkah-langkah penyusunan tes, jika merujuk kepada pedoman yang disusun oleh Balitbang Depdiknas tahun 2006 adalah sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda.Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/ diukur disesuaikan seperti untuk kuis/ menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/ kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2) Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4) Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal. 


B.     Penyusunan tes
Langkah-langkah penyusunan soal pilihan ganda, dimulai dengan menyusunkisi-kisi soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal, sebelum test digunakanmelakukan penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa hasil test.
a. Penulisan Kisi-Kisi Soal
1) Teknik Mengisi Kisi-Kisi
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapatdijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi instrument tes. Dengan menggunakan kisi-kisi, pembuat soal dapat menghasilkan soal-soalyang sesuai dengan tujuan tes. Berbagai instrument tes yang memilikitingkat kesulitan, kedalaman materi dan cakupan materi sama (paralel) akanmudah dihasilkan hanya dengan satu kisi-kisi yang baik. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi antara lain:
a)        Sampel Materi
Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan sampel materi secara representative dapat mewakili semua materi yangdiajarkan selama proses pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yangdapat ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan pembelajaran yangdapat diukur.Dasar pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan sampelmateri adalah dasar pertimbangan keahlian (expert judgement).
b)        Jenis Tes
Pemilihan jenis tes yang digunakan berhubungan erat dengan jumlahsampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlahpeserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat. Ada dua jenis tes yangdapat digunakan sebagai alat ukur hasil belajar peserta ujian , yaitu tesobjektif dan tes uraian. Pemilihan jenis tes sangat terkait dengan tujuanpembelajaran yang akan diukur. Tes objektif merupakan jenis tes yang tepatdigunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segeradiumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir program, dan ujiankompetensi profesi.Soal tes objektif dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif,serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes.
c)        Jenjang Pengetahuan
Setiap mata kuliah/kompetensi inti mempunyai penekanankemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berfikir pesertaujian . Dengan demikian jenjang kemampuan berfikir yang akan diujikan pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu kompetensi lebih menekankan padapengembangan proses berfikir analisis, evaluasi dan kreasi, maka butir soalyang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan tersebut, begitu juga sebaliknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan butir soal yang Akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang relevan dengan proses berfikir yang dikembangkan selama prosespembelajaran. Dalam hubungan ini, kita mengenal ranah kognitif yangdikembangkan oleh Bloom dkk yang kemudian direvisi oleh Krathwoll(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan ranah kognitif adalah: ingatan(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dankreasi (C6). Berikut ini akan diuraikan secara singkat ke-6 jenjang proses berfikir tersebut.
1) Ingatan (C1), merupakan jenjang proses berfikir yang paling sederhana.

Butir soal dikatakan dapat mengukur kemampuan proses berfikiringatan jika butir soal tersebut hanya meminta pada peserta ujian untukmengingat kembali tentang segala sesuatu yang telah diajarkan dalamproses pembelajaran, seperti mengingat nama, istilah, rumus, gejala, dsb, tanpa menuntut kemampuan untuk memahaminya.2) Pemahaman (C2), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkatlebih tinggi dari ingatan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berpikir pemahaman jika butir soal tersebut tidak hanya maemintapada peserta ujian untuk mengingat kembali tentang segala sesuatuyang telah diajarkan dalam proses pembelajaran, tetapi peserta ujiantersebut harus mengerti, dapat member arti dari materi yang dipelajari serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan ujikompetensi, ranah kognitif C1 dan C2, tidak digunakan sebagai dasarpembuatan soal.3) Penerapan (C3), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari pemahaman. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses berfikir penerapan, jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk memilih, menggunakan atau menggunakan dengan tepatsuatu rumus, metode, konsep, prinsip, hokum, teori atau dalil jikadihadapkan pada situasi baru.4) Analisis (C4), merupakan jenjang proses berfikir yang setingkat lebihtinggi dari penerapan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuanproses berfikir analisis jika butir soal tersebut meminta pada pesertaujian untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaanmenurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahamihubungan antar bagian tersebut.5) Evaluasi (C5), merupakan jenjang proses berfikir yang lebih kompleksdari analisis. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses berfikirevaluasi jika butir soal tersebut meminta pada peserta ujian untukmembuat pertimbangan atau menilai terhadap sesuatu berdasarkankriteria-kriteria yang ada.6) Kreasi (C6), merupakan jenjang proses berfikir yang paling kompleks.Proses berfikir ini menghendaki peserta ujian untuk menghasilkansuatu produk yang baru sebagai hasil kreasinya.
d) Tingkat Kesukaran
Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam setsoal untuk ujian, harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yangakan digunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).Dalam uji kompetensi,interpretasi hasil tes yang digunakan berbasis kompetensi, maka pendekatanyang digunakan adalah PAP.Sehingga dalam menginterpretasikan hasil tesyang menjadi pertimbangan dalam penyusunan butir soal ujian adalah ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam blue print kompetensi.Walaupun butir soal tersebut mudah, tetapi apabila butir soal tersebutdiperlukan untuk mengukur tujuan yang telah ditetapkan, maka butir soaltersebut harus digunakan.
1.        Jumlah Butir Soal
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujiantergantung pada beberapa hal, antara lain: penguasaan kompetensi yangingin diketahui, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingindiukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut. Pada ujikompetensi, waktu dan jumlah butir soal telah ditetapkan, sehingga pembuatsoal dapat memperkirakan tingkat kesulitan soal.
2. Lembar Indikator Soal
Untuk membantu mempermudah pengisian format kisi-kisi, maka yang perlu dilakukan :
a) Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai sumber dalam pembuatan kisi-kisi.
b) Setelah mengetahui kompetensi inti,maka selanjutnya menentukan indikator pembelajaranyang akan diukur. Kompetensi dasar dan indikator dirumuskan dalamkata kerja operasional, yang merupakan dasar dalam menyusun soal.Contoh kata kerja operasional: menentukan, menyebutkan, menghitung, menunjukkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menyimpulkan. Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan digunakanuntuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran tersebut. Kemudian tuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut pada lembar kisi-kisi. Upayakan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut merupakan sampel materi yang representative mewakili keseluruhan kompetensi yang diujikan.
c) Tuliskan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satu waktu ujian tersebut. Penentuan jumlah butir soal harus memperhatikan tingkat kesukaran butir soal dan proses berfikir yang ingin diukur.
d) Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan. Penentuan jumlah butir soal per pokok bahasan hendaknya dilakukan secara proporsional berdasarkan kepentingan atau keluasan sub pokok bahasan tersebut.
e) Distribusikan jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut ke dalamsub pokok bahasan. Pendistribusian jumlah butir soal ini juga harus dilakukan secara proporsional sesuai dengan kepentingan atau keluasansub pokok bahasan tersebut.
f) Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut kedalam kolom-kolom proses berfikir dan tingkat kesukaran butir soal. Pendistribusian ini harus berpedoman pada kompetensi yang akan diukur ketercapaiannya dan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran.
a.        Langkah-langkah penyusunan tes
Urutan langkah yang dilakukan:
  1. Menentukan persiapan dan  tujuan mengadakan tes.
  2. Pemilihan materi dan  pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
  3. Menentukan bentuk dan jenis tes.
  4. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
  5. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
  6. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terinci tentang tabel spesifikasi, akan disajikan pada bab berikutnya.
  7. Menentukan jumlah butir tes dan menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
  8. Menentukan skor.
  9. Membuat kisi-kisi.
  10. Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi.
Apabila TIK ditulis sangat khusus, maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. Tetapi jika TIK itu merupakan TIK esensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal. Kecenderungan yang ada pada guru-guru beberapa waktu yang lalu, pengukuran ranah kognitif hanya ditekankan pada 3 aspek yang pertama, yaitu, ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Penyusunan item yang paling mudah dilakukan adalah pengukuran aspek ingatan. Untuk aspek-aspek lainnya, walaupun dikehendaki dan diusahakan masuk ke dalam kategori pemahaman dan aplikasi, setelah diperiksa kemungkinan besar juga masih bersifat ingatan. Itulah sebabnya dalam tulisan ini akan dikemukakan cara-cara item mengenai aspek beserta contoh-contohnya.
C. Uji coba dan pemberian nilai
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.
 2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
 3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
 4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran , memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran dan memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yakni :
 a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat penilaian.
 b. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi tes atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang diberikan.
 c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat penilaian hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.


Dalam penyusunan alat-alat penilaian, hal-hal yang harus ditempuh yakni :
  • Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran.
  • Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus dinilainya. Tujuan instruksional khusus harus dirumuskan secara operasional, artinya bisa diukur dengan alat penilaian yang biasa digunakan.
  • Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus tampak abilitas  yang diukur serta proporsinya, lingkup materi yang diujikan,  tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal tersebut.
  • Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam menulis soal, perhatikan aturan-aturan yang berlaku.
  • Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
d. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran,  kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan
D. Analisis item ( tingkat kesukarann dan daya pembeda )
Pada analisis butir, butir akan dilihat karakteristiknya dan dipilih butir-butir yang baik.
a.       Teknik analisis tingkat kesukaran
Suatu tes tidak boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar, sebuah item yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa bukanlah merupakan item yang baik, begitu pula item yang terlalu sukar sehingga tidak dapat dijawab oleh semua siswa juga bukan merupakan item yang baik. Jadi item yang baik adalah item yang mempunyai derajat kesukaran tertentu.
b.      Teknik Analisis Daya Pembeda Item
Daya Pembeda (item discrimination ) adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan.
Mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir item hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain itu berbeda-beda dan bahwa butir-butir tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan siswa tersebut.
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. seperti halnya, indeks kesukaran, indeks diskriminasi(daya pembeda).






















BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
     Kisi-kisi adalah format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyususnan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes.
      Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbedakan dapat menghasilkan perangkat soal yang relative sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan. Dalam penyususunan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-langkah penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur.
      Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus bervariasi,sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendir. Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Tes hasil belajar harus memiliki realiabilitas yang dapat diandalkan, artinya setelah hasil tes belajar itu dilaksankan berkali-kali terhadap subyek yang sama hasilnya selalu sama dan relative sama.
B.   SARAN
Pada pembuatan makalah, ini penulis menyadari masih banyak kesalahan serta kekurangan yang tersapat pada makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang dibuat selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Dikti Kemenkes. Panduan Pengembangan Penulisan Soal, Jakarta:2010.
Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang-Depdiknas, 2007.
Suryabrata S.Bahan Evaluasi Assessment, Bandung:FKIP,2003.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Thoha,Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003.
Zainal,Arifin. Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.












LAMPIRAN
KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL

Jenis pendidikan         : DIII Kebidanan
Mata kuliah                 : ASUHAN KEBIDANAN 3
Kelompok sasaran       : Mahasiswa
Alokasi Waktu            : 30 Menit
No
Kompetensi dasar

Materi/pokok bahasan
Indikator
Bentuk soal
jumlah
B-S
PG
Isian
Melengkapkan
Uraian
1
Kompetensi ke-3 :     Asuhan Pada Masa Nifas
Bidan dapat memberi asuhan postpartum yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama post partum meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Asuhan Nifas secara psikologis maupun fisiologis, macam-macam masa nifas dan keadaan alat reproduksi pada masa nifas.

Jika diberi kasus tentang masa nifas peserta ujian dapat menentukan : diagnosis kasus, dan penatalaksanaan/asuhan masa nifas
-
30
-
-
2
32
Jumlah
32





Petunjuk untuk teruji :
1.      Bacalah soal dengan cermat
2.      Jawablah 20 soal dengan memilih A, B, C, D dan E sesuai dengan pendapat saudara di lembar jawab yang telah disediakan
3.      Waktu saudara selama 30 menit
SOAL
1. Bidan setelah melakukan pertolongan persalinan, sebaiknya menjaga dan melakukan pengawasan kesehatan ibu dan bayi minimal selama ...
a.      2 jam
b.      8 jam
c.      12 jam
d.      24 jam
e.      Tidak perlu dilakukan
2. Suatu keadaan setelah plasenta lahir sampai kembalinya alat kandungan seperti semula disebut …
a.      Konsepsi
b.      Nidasi
c.      Persalinan
d.      Kontrasepsi
e.      Puerperium
3. Asuhan yang tepat diberikan pada 6-8 jam post partum adalah ...
a.      Mencegah perdarahan oleh karena atonia uteri
b.      Pemberian ASI lanjut
c.      Pemberian konseling perawatan bayi baru lahir
d.      Menilai tanda-tanda infeksi nifas
e.      Konseling KB secara dini


4. Peran bidan dalam memberikan konseling bagi ibu dan keluarga pada masa nifas mengenai ...
a.      Cara melakukan senam hamil
b.      Tanda bahaya masa nifas
c.      Skrining bayi baru lahir
d.      Personal higiene persalinan
e.      Gizi kurang seimbang masa nifas
5. Asuhan yang dapat diberikan pada 6 minggu post partum adalah ...
a.      Memastikan involusio uteri berjalan dengan normal
b.      Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
c.      Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
d.      Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
e.      Mendeteksi dan perawatan penyebab dari perdarahan
6. Involusio uteri berlangsung kira-kira selama …
a.      2 jam
b.      6-8 jam
c.      6 hari
d.      2 minggu
e.      6 minggu
7. Sebagai seorang bidan, apa asuhan kebidanan yang paling tepat diberikan pada ibu nifas
2 jam post partum….
a.      Mencegah terjadinya perdarahan
b.      Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan
c.      Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
d.      Menganjurkan ibu untuk segera ber KB
e.      Menganjurkan ibu untuk senam nifas


8. Perubahan masa nifas yang terjadi pada sistem pencernaan adalah….
a.      Diare
b.      Rasa mual
c.      Obstipasi
d.      Produksi HCL menurun
e.      Progesteron meningkat
9.  Jenis cairan yang keluar melalui vagina pada 6 jam postpartum adalah….
a.      Lochea alba
b.      Lochea sanguinolenta
c.      Lochea serosa
d.      Lochea rubra
e.      Lendir darah
10.  Apa periode masa nifas yang dialami oleh ibu nifas 2 jam postpartum….
a.      Puerperium dini
b.      Puerperium lanjut
c.      Laten Puerperium
d.      Puerperium Intermiten
e.      Peurperim Laten
11.  Apa jenis ASI yang dikeluarkan pada 2 jam postpartum….
a.      ASI Matur
b.      ASI Transisi
c.      ASI Peralihan
d.     ASI Kolostrum
e.     ASI Ekskusif
12. Berdasarkan kebijakan program nasional, kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal ...
a.      1 kali
b.      2 kali
c.      3 kali
d.      4 kali
e.      5 kali
13. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu disebut ...
a.      Remote puerperium
b.      Puerperium intermedial
c.      Puerperium dini
d.      Puerperium
e.      Late puerperium
14. Tujuan utama bayi disusui pada postpartum 6 jam adalah ?
a.       Agar ASI keluar lancar
b.       Hubungan psikologis ibu dan bayi
c.       Memberi kegiatan ringan pada ibu
d.       Mempertahankan kontraksi uterus
e.       Agar payudara tidak bengkak
15. Menurut Reva Rubin, suatu kondisi psikologis dimana ibu mulai mau merawat bayinya
adalah….
a.     Taking in
b.     Letting in
c.     Letting go
d.    Taking hold
e.     Taking on
16.  Kembalinya berat uterus ke berat semula akan terjadi pada….
a.     1 Minggu PP
b.     2 Minggu PP
c.     3 Minggu PP
d      6 Minggu PP
e.     40 Hari PP


17.  Setelah hari ke-7 pengeluaran lochea berupa darah berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan laserasi plasenta, itu dinamakan lochea….
a.     Lochea rubra
b.     Lochea sanguinolenta
c.     Lochea serosa
d.     Lochea alba
e.     Lochea kruenta
18.  Perubahan emosi yang mungkin terjadi pada postpartum minggu ke-2….
a.    Postpartum blues
b.    Postpartum depresi
c.    Psikosomatis
d.    schizophrenia
e.    Postpasrtum psikosis
19. Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan disebut ...
a.      Remote puerperium
b.      Puerperium intermedial
c.      Puerperium dini
d.      Puerperium
e.      Late puerperium
20. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu disebut ...
a.      Remote puerperium
b.      Puerperium intermedial
c.      Puerperium dini
d.      Puerperium
e.      Late puerperium


21. Seorang perempuan usia 24 tahun melahirkan anak yang ke dua 6 hari yang lalu, datang ke BPM mengeluh pusing sudah 2 hari yang lalu, jahitan perineum yang terasa nyeri. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, terlihat bekas jahitan perineum merah. 
Apakah asuhan yang tepat pada kasus tersebut? 
a.          Menilai perdarahan 
b.         Memberikan nutrisi 
c.          Penkes tentang KB 
d.         Berikan kompres air hangat 
e.          Berikan paracetamol 3x500 mg
22.  Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM mengeluh perut mules, sulit tidur. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, lochea warna merah. 
Berapakah tinggi fundus uteri yang normal sesuai kasus tersebut? 
a. Tidak teraba 
b. Setinggi pusat 
c. 2 jari di bawah pusat 
d. 2 jari di atas pusat 
e. Pertengahan pusat dan simfisis 
22.  Seorang ibu, usia 26 tahun melahirkan 6 jam yang lalu di BPM mengeluh takut duduk dan bangkit dari tempat tidur. Hasil pemeriksaan : TTV dalam batas normal, TFU 2 jari di bawah pusat, pengeluaran darah vagina berwarna merah segar, tampak bekas jahitan luka perineum. 
Lochea apakah yang ditemukan pada kasus tersebut? 
a. Lochea alba 
b. Lochea serosa 
c. Lochea rubra 
d. Lochea purulenta 
e. Lochea sanguilenta 


23.  Masa nifas dikatakan abnormal apabila...............
a.     Tidak BAB selama 12 jam PP
b.    Frekuensi BAK meningkat
c.     ASI belum lancar setelah 2 jam PP
d.    Kelelahan yang berlebihan
e.    Pengeluaran pervaginam berbau
24.    Pengeluaran lochea berupa darah merah merupakan...............
a.     Lochea rubra
b.    Lochea sanguinolenta
c.     Lochea alba
d.    Lochea Albican
e.    Lochea abnormal
25.  Seorang perempuan usia 23 tahun melahirkan anan pertama BB 2800gr 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh lelah, sering mengantuk dan bersifat passif. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal. Lochea berwarna merah. 
Apakah adaptasi psikososial yang dialami ibu pada kasus tersebut? 
a.       Taking in 
b.      Taking on 
c.       Letting go 
d.      Taking hold 
e.       Letting hold 
26.  Mobilisasi dini yang dianjurkan untuk ibu post pasrtum fisiologis adalah….....
a.     1-2 jam post partum
b.    4-6 jam post partum
c.     8-10 jam post partum
d.    12 jam post partum
e.    24 jam post partum


27.  Terdapat dua reflex yang mempengaruhi dala proses pembentukan dan pengeluaran ASI, yaitu ….
a.       Prolaktin dan rooting reflex
b.      Prolaktin dan reflex let down
c.       Reflex let dan dan rooting reflex
d.      Oksitosin dan rooting reflex
e.       Tidak ada jawaban benar
28.  Hormon yang mempengaruhi dalam produksi ASI, yaitu …..
a.       Prolaktin
b.      Progesterone
c.       Esterogen
d.      Tiroksin
e.       Oksitosin
29.  Hormon yang mempengaruhi pengeluaran ASI, yaitu …….
a.       Prolaktin
b.      Progesterone
c.       Esterogen
d.      Tiroksin
e.       Oksitosin
30.  Reflex bayi yang dapat membantu dalam proses keberhasilan menyusui, kecuali …….
a.       Reflex mencari
b.      Reflex menghisap
c.       Reflex menelan
d.      Reflex moro
e.       Reflex rooting






URAIAN
1.      Jelaskan tanda-tanda bahaya masa nifas
2.      Sebutkan dan Jelaskan macam-macam lochea.

Kunci Jawaban :
1.      A                    11. A               21. C
2.      E                    12. D               22. C
3.      A                    13. B               23. E
4.      B                    14. D               24. A
5.      D                    15. C               25. A
6.      C                    16. E                26. B
7.      C                    17. B               27.B
8.      D                    18. E                28.A
9.      D                    19. C               29.E
10.  B                    20. B               30.D

1.      Tanda-tanda bahaya masa nifas
a.       Perdarahan hebat atau penimgkatan perdrahan secara tiba-tiba (elebih haid biasa atau membasahi lebih dari dua pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b.      Pengeluaran cairan dengan bau busuk
c.       Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d.      Demam, muntah, merasa sakit sewaktu buang air seni
e.       Payudara yang memerah, panas dan sakit
f.       Sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur
2.      Macam-macam lochea
a.       Lochea rubra
Berwarna merah segar, terjadi selama dua hari selama proses persalinan
b.      Lochea sanguinolenta
Berwarna kecoklatan, terjadi selama hari ke tiga sampai ketujuh paska persalinan
c.       Lochea serosa
Warna kuning tetapi sudah tidak terdapat kandungan darah, keluar pada hari ketujuh sampai hari ke empat belas
d.      Lochea alba
Warna putih keluar dua minggu setelah proses persalinan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar